my facebook

Sabtu, 29 September 2012

ASUHAN KEPERAWATAN LEUKIMIA


1.Pengertian
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248 )
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)
Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
2.Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a.Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Tcell Leukemia – Lhymphoma Virus/ HLTV).
b.Radiasi
c.Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol.
d.Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
e.Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177)
Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih.
Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui.
Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
3.Gambaran klinik
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
a.Pilek tidak sembuh-sembuh
b.Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c.Demam dan anorexia
d.Berat badan menurun
e.Ptechiae, memar tanpa sebab
f.Nyeri pada tulang dan persendian
g.Nyeri abdomen
h.Lumphedenopathy
i.Hepatosplenomegaly
j.Abnormal WBC
(Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177)
4.Insiden
ALL (Acute Lymphoid Leukemia) adalah insiden paling tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 3 dan 5 tahun. Anak perempuan menunjukkan prognosis yang lebih baik daripada anak laki-laki. Anak kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata yang juga lebih rendah.
ANLL (Acute Nonlymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus leukemia pada anak. Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang mempunyai kelainan kromosom bawaan seperti Sindrom Down. Lebih sulit dari ALL dalam hal menginduksi remisi (angka remisi 70%). Remisinya lebih singkat pada anak-anak dengan ALL. Lima puluh persen anak yang mengalami pencangkokan sumsum tulang memiliki remisi berkepanjangan. (Betz, Cecily L. 2002. hal : 300).
5.Patofisiologi
a.Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositipenia.
b.Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
c.Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yangt akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.
d.Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian.
(Suriadi, & Yuliani R, 2001: hal. 175)
6.Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
a.Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur.
b.Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat
c.Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
d.Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.
e.Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.
f.Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
g.Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.
(Betz, Cecily L. 2002. hal : 301-302).
7.Penatalaksanaan Medis
Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang diberikan pada anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri dari tiga fase : induksi, konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak menerima berbagai agens kemoterapeutik untuk menimbulkan remisi. Periode intensif diperpanjang 2 sampai 3 minggu selama fase konsolidasi untuk memberantas keterlibatan sistem saraf pusat dan organ vital lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-anak adalah prednison (antiinflamasi), vinkristin (antineoplastik), asparaginase (menurunkan kadar asparagin (asam amino untuk pertumbuhan tumor), metotreksat (antimetabolit), merkaptopurin, sitarabin (menginduksi remisi pada pasien dengan leukemia granulositik akut), alopurinol, siklofosfamid (antitumor kuat), dan daunorubisin (menghambat pembelahan sel selama pengobatan leukemia akut). (Betz, Cecily L. 2002. : 302).
Konsep Dasar Keperawatan
Menurut American Nursing Association (ANA) proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis yang diberikan kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan berfokus pada respon unik dari individu, keluarga, dan masyarakat terhadap masalah kesehatan yang potensial maupun aktual. ( Marilynn E. Doengoes, dkk .2000 : 6 ).
Di dalam memberikan asuhan keperawatan terdiri dari beberapa tahap atau langkah-langkah proses keperawatan yaitu ; pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
1.Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan. (Budi Anna Keliat, 1994)
Pengkajian pada leukemia meliputi :
a.Riwayat penyakit
b.Kaji adanya tanda-tanda anemia :
1).Pucat
2).Kelemahan
3).Sesak
4).Nafas cepat
c.Kaji adanya tanda-tanda leukopenia
1).Demam
2).Infeksi
d.Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
1).Ptechiae
2).Purpura
3).Perdarahan membran mukosa
e.Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
1).Limfadenopati
2).Hepatomegali
3).Splenomegali
f.Kaji adanya pembesaran testis
g.Kaji adanya :
1).Hematuria
2).Hipertensi
3).Gagal ginjal
4).Inflamasi disekitar rektal
5).Nyeri
2.Patofisiologi dan Penyimpangan KDM
Proliferasi sel kanker
Sel kanker bersaing dengan sel normal
Untuk mendapatkan nutrisi
Infiltrasi
Sel normal digantikan dengan
Sel kanker
3.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan diamana perawat bertanggung gugat “ (Wong,D.L, 2004 :331)
Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah :
1.Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3.Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
4.Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5.Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
6.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7.Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
9.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
10.Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia.
11.Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.
4.Rencana keperawatan
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan.
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut (Wong,D.L,2004 )
a.Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
1)Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
2)Intervensi :
a)Pantau suhu dengan teliti
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
b)Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
c)Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
d)Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
e)Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
f)Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
g)Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
h)Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
i)Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
b.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
1)Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
2)Intervensi :
a)Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
b)Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
c)Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi
d)Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
c.Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
1)Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
2)Intervensi :
a)Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia
b) Cegah ulserasi oral dan rektal
Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
c) Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional : untuk mencegah perdarahan
d) Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah perdarahan
e) Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan pucat)
Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
f) Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
g) Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung
Rasional : untuk mencegah perdarahan
d.Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
1)Tujuan : - Tidak terjadi kekurangan volume cairan
- Pasien tidak mengalami mual dan muntah
2)Intervensi :
a)Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
b)Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
c)Kaji respon anak terhadap anti emetik
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
d)Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
e)Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
f)Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
g)Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
e.Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
1)Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
2)Intervensi :
a)Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera
b)Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
c)Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
d)Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
e)Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
f)Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
g)Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak
h)Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
i)Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri
j)Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa
k)Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis
l)Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri
f.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
1)Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
2)Intervensi :
a)Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi
b)Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan unmtuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
c)Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
d)Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan
e)Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
f)Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
g)Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal
g.Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
1)Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak
2)Intervensi :
a)Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi
b)Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
c)Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
d)Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
e)Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri
h.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas
1)Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit
2)Intervensi :
a)Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
b)Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
c)Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
d)Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
e)Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
f)Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negatif
g)Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
i.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan
1)Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
2)Intervensi :
a)Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan warna rambut anak sebelum rambut mulai rontok
Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap kerontokan rambut
b)Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
c)Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
d)Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru
e)Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan
j.Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia
1)Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapi
2)Intervensi :
a)Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak
Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
b)Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
c)Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu anak menjalani kehidupan yang normal
Rasional : untuk meningkatkan perkembangan anak yang optimal
d)Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan anak sebelum diagnosa dan prospek anak untuk bertahan hidup
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara realistis
e)Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang hasil tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
f)Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga
k.Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak
1)Tujuan : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak
2)Intervensi :
a)Kaji tahapan berduka terhadap anak dan keluarga
Rasional : pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien dan keluarga lebih efektif menghadapi kondisinya
b)Berikan kontak yang konsisten pada keluarga
Rasional : untuk menetapkan hubungan saling percaya yang mendorong komunikasi
c)Bantu keluarga merencanakan perawatan anak, terutama pada tahap terminal
Rasional : untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan
d)Fasilitasi anak untuk mengespresikan perasaannya melalui bermain
Rasional : memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami
5.Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong. D.L.2004:hal.331).
6.Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :
a.Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b.Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan peningkatan toleransi aktifitas.
c.Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d.Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e.Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
f.Masukan nutrisi adekuat
g.Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h.Kulit tetap bersih dan utuh
i.Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j.Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama anak.
k.Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan anak mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.
Sumber:
1.Sunar Trenggana, Dr. Leukemia ; Penuntun bagi orang tua Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK UNHAS/SMF Anak RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
2.Susan Martin Tucker, Mary M. Canabbio, Eleanor Yang Paquette, Majorie Fife Wells, 1998, Standar Perawatan Pasien, volume 4, EGC.
3.Abdoerrachman MH, dkk, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, Buku I, penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
4.Anna Budi Keliat, SKp, MSc., 1994, Proses Keperawatan, EGC.
5.Marilynn E. Doenges, Mary Prances Moorhouse, Alice C. Beissler, 1993, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC.
6.Rosa M Sacharin, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta
7.Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.


ANALISA PROSES INTERAKSI
 Nama Mahasiswa     : AHMAD WAHYUDI
Inisial klien                 : Ny.K
Bangsal                       ; Teratai
Sasaran komunikasi   : fase kerja
Lingkungan                : di taman, pasien dan perawat duduk di kursi berhadapan, lingkungan  tenang, nyaman
Deskripsi                     : penampilan klien cukup rapi, bersih, ekspresi wajah tampak gembira, klien cenderung banyak berbicara, mudah berinteraksi
Tujuan komunikasi    : mengetahui penyebab klien masuk RS
Waktu komunikasi     : jam 10.00-10.20 WIB
Tanggal                       : Senin, 26 Mei 2005

Komunikasi verbal (1)
Komunikasi non verbal (2)
Analisis berpusat pada klien (3)
Analisis berpusat pada perawat (5)
rasional
¨       P : Mungkin sebelum kita mulai ada yang ingin ditanyakan ?
K : Tidak ada




¨       P :Ada yang ibu keluhkan pagi ini?
K: Tidak ada, alhamdulilah sehat







¨       P : Kalau boleh saya tahu, bisa diceritakan alasan ibu Kumala dibawa ke sini.?
K : Katanya karena   rapat  keluarga






¨       P : Maksud ibu, keluarga mengadakan rapat sebelum  memutuskan ibu dibawa ke sini?
K : Ya..sepertinya begitu



¨       P : Kira-kira apa yang menyebabkan keluarga memutuskan membawa ibu ke sini?
K : saya tidak tahu, saya khan sehat untuk apa dibawa ke RS segala, khan perlu duit banyak.
¨       P : Ibu ingat ada kejadian apa di rumah sebelum  ibu dibawa ke sini?
K : Tidak ada apa-apa, saya cuma  ngasih nasehat supaya jaga kebersihan, sholat tepat waktu. Saya khan niatnya baik

¨       P : Waktu memberikan nasehat, ibu menggunakan kata-kata yang halus atau sambil marah-marah?
K : awalnya halus, kemudian  saya marah-marah, soalnya mereka itu susah sekali diatur

¨       P : Ibu di rumah tinggal dengan siapa?
K : Saat ini khan berkunjung ke rumah anak saya, tinggal dengan anak saya dan suami

¨       Kira-kira hal apa yang paling membuat ibu marah ?
K : Ya banyak.., rumah tidak bersih, kalau dikasih nasehat tidak menurut, saya merasa tidak dihargai lagi.

P: menghadap ke arah klien, kontak mata dan tersenyum
K : memandang ke arah perawat, menggelengkan kepala sewaktu bilang tidak ada


P : kontak mata, sikap terbuka
K : menatap perawat, kontak mata, menjawab dengan nada bisa sambil tersenyum





P : Kontak mata, bersikap terbuka, bicara pelan
K : kontak mata, nada menjelaskan, bicara pelan






P : kontak mata, nada bertanya, bicara pelan
K : kontak mata, bicara sambil menganggukan kepala



P : kontak mata, bicara pelan  tapi  jelas, bersikap terbuka
K : kontak mata, nada jawaban meyakinkan





P : kontak mata, bicara pelan  tapi  jelas, bersikap terbuka
K : kontak mata, nada jawaban  menjelaskan







P : kontak mata, bicara pelan  tapi  jelas, bersikap terbuka
K : kontak mata, nada jawaban  menjelaskan







P : kontak mata, bicara pelan  tapi  jelas, bersikap terbuka
K : kontak mata, nada jawaban  menjelaskan





P : kontak mata, bicara pelan  tapi  jelas, bersikap terbuka
K : kontak mata, nada menjelaskan, ekspresi wajah tampak kesal, kadang menunnduk

Klien sudah siap untuk berinteraksi






klien siap interaksi









klen konsentrasi, sikap terbuka







klien konsentrasi, bersikap terbuka







Klien konsentrasi, orientasi tempat baik, bersikap terbuka






Klien konsentrasi, bersikap terbuka









Klien konsentrasi, bersikap terbuka









Klien konsentrasi, bersikap terbuka







Klien konsentrasi, bersikap terbuka
Berharap klien untuk menanyakan hal-hal yang belum diketahui dan perawat mengkaji mungkin ada hal yang ingin klien tanyakan terlebih dahulu


Berharap klien untuk menyampaikan keluhan yang dihadapi saat ini dan berharap klien terbuka






Berharap klien terbuka dan perawat menunjukan ketertarikan untuk mendengar





Berharap klien menjawab dan perawat menunjukan ketertarikan untuk mendapat jawaban





Berharap klien menjawab dan perawat menunjukan ketertarikan untuk mendengarkan





Berharap klien terbuka dan perawat menunjukan ketertarikan untuk mendengar







Berharap klien terbuka dan perawat menunjukan ketertarikan untuk mendengar







Berharap klien terbuka dan perawat menunjukan ketertarikan untuk mendengar





Berharap klien terbuka dan perawat menunjukan ketertarikan untuk mendengar

Klarifikasi pertanyaan yang mungkin muncul dari klien dapat digunakan untuk mengkaji ada hal yang dipikirkan oleh klien



Klarifikasi  keluhan yang mungkin muncul dan dan mengkaji keluhan yang mungkin dihadapi pasien.
Untuk menentukan tindak lanjut jika ada keluhan sehingga interaksi dapat berjalan lancar


Teknik eksplorasi dapat digunakan untuk mempelajari sesuatu dengan lebih mendalam
Kemampuan klien mengingat harus dipertahankan dengan klarifikasi

Teknik eksplorasi dapat digunakan untuk mempelajari sesuatu dengan lebih mendalam
Kemampuan klien mengingat harus dipertahankan dengan klarifikasi

Mendengarkan adalah teknik komunikasi yang penting dan menunjukan saya tertarik padamu





Teknik eksplorasi dapat digunakan untuk mempelajari sesuatu dengan lebih mendalam
Mendengarkan adalah teknik komunikasi yang penting dan menunjukan saya tertarik padamu



Kemampuan klien mengingat harus dipertahankan dengan klarifikasi
Mendengarkan adalah teknik komunikasi yang penting dan menunjukan saya tertarik padamu



Teknik eksplorasi dapat digunakan untuk mempelajari sesuatu dengan lebih mendalam
Mendengarkan adalah teknik komunikasi yang penting dan menunjukan saya tertarik padamu

Teknik eksplorasi dapat digunakan untuk mempelajari sesuatu dengan lebih mendalam
Mendengarkan adalah teknik komunikasi yang penting dan menunjukan saya tertarik padamu

ASKEP KOMUNITAS AREA SEKOLAH


ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
AREA SEKOLAH

A.    PENGKAJIAN
Hasil pengkajian yang dilakukan di SD Rogojembangan I,II,III di wilayah kelurahan Tandang. Area sekolah tersebut terdiri dari 3 buah sekolah dasar yang setiap sekolah terdiri dari 6 kelas, keseluruhan siswa sebanyak 720 siswa, guru dan staff berjumlah 32 orang dan 1 penjaga sekolah. Lokasi sekolah berada dipinggir jalan, jalan menuju sekolah tidak rata. Siswa sering terjatuh dan ada yang sampai patah tulang 0.5 % dalam 3 tahun terakhir. Bangunan sekolah merupakan bangunan permanen, lantai terbuat dari ubin. Setiap kelas belum mempunyai tempat pembuangan sampah sementara, namun sekolah sudah mempunyai tempat pembuangan sampah akhir yang terbuat dari tembok yang pengelolaannya diserahkan penjaga sekolah. Oleh penjaga sekolah biasanya sampah itu dibakar, jika hujan, dibiarkan saja tertimbun. Kondisi lingkungan sekolah tampak bersih, ventilasi cukup, pencahayaan juga cukup. Jendela dibuka pada pagi hari dan ditutup menjelang kegiatan sekolah usai. Selokan yang ada di area sekolah bisa mengalir dengan lancar. Kondisi bak penampungan air cukup bersih, terdapat jentik – jentik nyamuk tidak begitu banyak. Sedangkan untuk fasilitas cuci tangan untuk siswa tidak ada, namun siswa dianjurkan untuk memanfaatkan kamar mandi sebagai sarana hiegiene mereka.
Dari segi biofisik didapatkan bahwa disekolah tersebut tidak ada siswa yang perkembangannya terhambat, proporsi wanita lebih banyak dari pria, sebagian besar siswanya berasal dari suku Jawa.
Pengaturan secara tertulis yang mengarah ke bidang kesehatan, kepala sekolah mengatakan belum ada. Selama ini peraturan terbatas untuk kedisiplinan siswa saja, namun secara lisan pengajar telah mengajarkan kepada siswanya untuk membuang sampah tidak disembarang tempat, dan cuci tangan sebelum makan terutama untuk siswa kelas 1.
Selama ini sekolah juga memasukkan mata ajar Penjaskes sebagai muatan lokal yang dimaksudkan sebagai salah satu usaha agar derajad kesehatan siswa – siswanya meningkat. Untuk keindahan area sekolah, saat pengkajian pihak sekolah sedang merenovasi, setiap kelas juga ada taman – taman kecil yang pengelolaannya diserahkan kepada penjaga sekolah. Sedangkan aspek hubungan antara siswa dan guru terjalin dengan baik dimana pengajar sudah dibekali psikologi anak sehingga mereka tetap memperhitungkan kondisi psikologi anak saat anak berada di sekolah, peraturan sekolah memberlakukan siswa berangkat tepat pukul 07.00 – 13.00 WIB untuk siswa kelas 3, 4, 5 dan 6 kecuali hari jum’at dan sabtu, sedangkan untuk istirahat ada alokasi waktu 2 kali yaitu pukul 09.15 – 9.30 WIB kemudian pukul  11.15 – 11.30 WIB dimaksudkan agar siswa tidak jenuh dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Apabila ada siswa yang melanggar peraturan sekolah biasanya sangsi diserahkan kepada wali kelas masing – masing, dan sangsi yang diberlakukan tidak memberatkan siswa, hanya berupa membuat rangkuman pelajaran. Sangsi tersebut diharapkan lebih bisa mendidik siswanya. Selama ini orang tua mendukung semua kegiatan yang ada di sekolah, begitu juga pihak sekolah pun ikut menyertakan keterlibatan keluarga dalam mendidik siswanya, biasanya diadakan rapat dengan wali murid, 1 tahun sekali dan wali murid wajib mengambil rapor anaknya agar bentuk perhatian keluarga terhadap sekolah anaknya terfasilitasi dalam program tersebut.
Dari segi sosial ekonomi didapatkan dari hasil penuturan salah satu pengajar, hampir 75% siswanya berasal dari kalangan menengah ke bawah. Untuk alokasi dana penunjang kesehatan secara khusus memang belum terprogram karena selama ini alokasi dana masih terpusat pada kegiatan belajar – mengajar yang didapatkan baik dari pemerintah ataupun iuran siswa setiap bulannya.
Jika ditinjau dari segi nutrisi atau kebutuhan nutrisi sekilas didapatkan bahwa kebutuhan nutrisi mereka sebagian besar cukup, jika dilihat dari postur tubuh, untuk pemeriksaan secara antropometrik belum bisa dilakukan. Untuk menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi, pihak sekolah menyediakan kantin khusus untuk siswa – siswanya, namun ada sebagian siswa yang lebih suka jajan diluar sekolah karena memang ada beberapa penjaja makanan yang mangkal di depan sekolah tersebut. Untuk kualitas makanan yang dijual, pihak kantin sekolah mengusahakan jenis makanan yang bergizi seperti pisang goreng, tempe goreng (mendoan) dan tersaji dalam keadaan yang terbuka. Pihak kantin sekolah juga memilih – milih jenis makanan yang akan dijual kepada siswanya.
Selama pengkajian didapatkan bahwa program usaha kesehatan sekolah yang ada tidak berfungsi secara optimal demikian pula kegiatan – kegiatan UKS-nya. Fasilitas kesehatan minimal sudah ada seperti peralatan P3K termasuk obat – obatan sederhana petugas yang mengurus UKS pun sudah ada tetapi kegiatannya belum berjalan secara optimal. Sedangkan sikap siswa untuk menjaga kesehatan sebagian telah mereka tunjukkan dengan membuang sampah di tempat yang telah disediakan, cuci tangan sebelum makan dan jajan tidak disembarang tempat, namun ada sebagian pula yang tidak. Dari pengkajian langsung terhadap siswa didapatkan bahwa caries gigi menduduki peringkat pertama yaitu sekitar 40 % dari seluruh siswa, sedangkan ISPA sekitar 20 % dan Diare 20 % dari seluruh siswa. Dari siswa yang mengalami caries gigi, ISPA dan Diare mengatakan kalau mereka menyukai jenis makanan yang manis, coklat, es, kojek, terang bulan, soto ayam yang berada diarea sekitar sekolah.

ANALISA DATA
NO
DATA
MASALAH
1
DS :
·        Terdapat UKS tidak berfungsi secara optimal
·        Sudah terdapat petugas UKS
·        Kegiatan UKS belum berjalan secara optimal
·        Motivasi orang tua siswa terhadap program sekolah sangat tinggi
·        75 % keluarga siswa mempunyai sosial ekonomi menengah kebawah.
DO :
·        Jumlah siswa 720 siswa
·        Sudah ada fasilitas kesehatan seperti obat-obatan sederhana
Resiko terjadi penurunan derajad kesehatan anak.
2.
DS :
·         Guru mengatakan bahwa siswa sering terjatuh dan ada yang sampai mengalami patah tulang
DO :
·        Lokasi sekolah berada di pinggir jalan
·        Jalan menuju sekolah tidak rata
·        Angka kejadian patah tulang 0,5 % dalam setahun.
Resiko terjadi injuri pada siswa sekolah
3.
DS  :
·        Banyak siswa yang jajan di dekat sekolah  dengan kualitas makanan seperti :  yang tersaji dalam keadaan terbuka.
DO :
·        40 % dari jumlah siswa menderita caries gigi.
Caries gigi pada siswa sekolah

makalah home visite







DAFTAR ISI



BAB I

PENDAHULUAN



BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Pengertian

2.2. Perkembangan Pelayan Kesehatan Rumah



BAB III

A. Kebutuhan Pendidikan Untuk Bidang Praktek

B. Lingkup Praktik

C. Hubungan Perawat – Klien Dengan Keluarga

D. Peran Dan Fungsi Perawat Kesehatan Rumah

E. Standar Praktik Pelayanan Kesehatan Rumah

F . Mekanisme Perizinan

G. Pembayaran Dan Pola Tarif

H . Pemantauan Dan Evaluasi





PENUTUP



DAFTAR PUSTAKA





BAB I

PENDAHULUAN

Perawatan Kesehatan di rumah bukanlah merupakan sebuah konsep baru dalam sistem pelayanan kesehatan, khususnya pada praktek keperawatan komunitas. Hal ini sudah dikembangkan sejak tahun 1859 yang pada saat itu Willian Rathbone of Liverpool, England dan juga Florence Nightingale melakukan perawatan kesehatan di rumah dengan memberikan pengobatan kepada klien (masyarakat) yang mengalami sakit terutama terutama mereka dengan status sosial ekonomi rendah, kondisi sanitasi, kebersihan diri dan lingkungan, dan gizi buruk sehingga beresiko tinggi terhadap berbagai jenis penyakit infeksi yang umum ditemukan di masyarakat (Smith & Maurer, 2000). Kunjungan rumah juga dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meminimalkan resiko penyakit infeksi masyarakat, serta mencegah terjadinya kekambuhan penyakit, seperti: perawatan nifas pada ibu paska melahirkan, perawatan anak diare, pemantauan klien dengan Tuberculosis, hipertensi, kardiovaskuler, penyuluhan kesehatan klien dengan berbagai penyakit, dll (Stanhope & Lancaster, 2001).

Seiring dengan perkembangan IPTEK dan teknologi medis di era globalisasi ini, berdampak pada sistem pelayanan kesehatan dan praktek keperawatan di Indonesia kini. Tuntutan masyarakat akan kebutuhan pealayanan kesehatan juga semakin meningkat dan berubah dari konsep perawatan dan pengobatan di rumah sakit/klinik menjdai kebutuhan perawatan di rumah, khususnya bagi klien/keluarga dengan penyakit terminal. Di samping itu perawatan di rumah menjadi alternative bagi keluarga dengan usila (usia lanjut) yang cenderung mengalami penyakit dengan kondisi kronik , yang membutuhkan perawatan dan pengobatan jangka panjang.

Hali ini tentu sangat memberikan keuntungan bagi klien dan keluarganya, bila mempertimbangkan aspek kenyamanan dan keamanan klien dan keluarga lebih intens dan interaksi lebih bebas bila berada di rumah sendiri, dan pembiayaan terapi perawatan di rumah yang relative lebih murah dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit sehingga di rumah lebih cost effective.









BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Pengertian

Pelayanan kesehatan rumah adalah komponen dari rentang pelayanan kesehatan yang komprehensif yang di dalamnya terdapat pelayanan kesehatan untuk indiidu dan keluarga di tempat tinggal mereka dengan tujuan meningkatkan, memelihara atau memulihkan kesehatan atau meningkatkan kemandirian, menimalkan akibat dari ketidakmampuan dan penyakit terminal (Warhola, 1980).

Pelayanan kesehatan rumah merupakan kunjungan rumah dan bagian integral dari pelayanan keperawatan, yang dilakukan oleh perawat untuk membantu individu, keluarga, dan masyarakat mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang mereka hadapi (Sherwen, 1991).

Menurut ANA (1992) pelayanan kesehatan rumah adalah perpaduan perawat kesehatan masyarakat dan ketrampilan tekhnis yang terpilih dari perawat spesialis yang terdiri dari kumpulan perawat komunitas, seperti perawat gerontologi, perawat psikiatri, perawat ibu dan anak, perawat kesehatan masyarakat, dan perawat medikal – bedah.

Pelayanan keperawatan yang diberikan meliputi pelayanan primer, sekunder dan tersier yang berfokus pada asuhan keperawatan klien melalui kerja sama dengan keluarga dan tim kesehatan lainnya. Pelayanan kesehatan rumah adalah sebuah spektrum kesehatan yang luas dari pelayanan sosial yang ditawarkan pada lingkungan rumah untuk memulihkan ketidak mampuan dan membantu klien menyembuhkan yang menderita penyakit kronik (NAHC, 1994).

Dari beberapa definisi di atas komponen utama pada pelayanan kesehatan rumah adala klien, keluarga, pemberi pelayanan kesehatan yang diberikan secara profesional (multidisiplin), direncanakan, dikoordinasikan bertujuan membantu klien kembali ketingkat kesehatan optimum dan mandiri yang dilaksanakan di rumah beradasarkan kontrak dan merupakan kelanjutan dari pelayanan keperawatan pada tiap tingkat fasilitas pelayanan kesehatan.

2.2. Perkembangan Pelayan Kesehatan Rumah

Bentuk pelayanan kesehatan masyarakat yang populer dan banyak dikenal masarakat adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Karena berbagai pertimbangan terpaksa perawatan dilakukan di rumah. Faktor – faktor yang mendorong perkembanagan kesehatan rumah adalah:

o kasus – kasus penyakit terminal dianggap tidak efisien lagi jika dirawat di institusi pelayanan kesehatan, misal klien mengidap penyakit keganasan (kanker) stadium akhir.

o Keterbatasan masyarakat untuk membiayai kasus penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan relatif lama, misal klien pasca – stroke yang mengalami kelumpuhan dan memerlukan pelayanan rehabilitasi dalam jangka waktu yang cukup lama.

o Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit, dengan asumsi bahwa perawatan klien yang lama (> 1 minggu) tinggal di rumah sakit tidak menguntungkan.

o Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian besar klien jika dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan.

Pelayanan kesehatan rumah bertujuan:

a. Meningkatkan kemandirian klien dalam pencegahan komplikasi penyakit kronik membantu mengurangi efek penyakit dan ketidakmampuan akibat penyakit.

b. Biaya kesehatan akan lebih terkendali, kesinambungan pelayanan yang diberikan akan mencegah terjadinya komplikasi.

c. Mutu pelayanan akan lebih meningkat, peran serta keluarga dalam memberikan pelayanan akan memberikan kesempatan kepada perawat melakukan suatu penelitian pada aspek –aspek yang membutuhkan pengembangan.



Menurut Suharyati, (2004) program home care mempunyai dampak yang menguntungkan baik bagi klien dan keluarganya maupun bagi tenaga yang terlibat dalam pelayanan home care. Bagi klien dan keluarga dapat membantu secara efisien dalam mengurangi beben biaya rawat inap dirumah sakit yang makin mahal dan semakin tidak terjangkau, disamping pula meningkat kemandiri keluarga dalam perawatan klien dirumah. Sedangkan bagi para petugas yang terlibat terutama dalam pelayanan langsung dirumah klien program ini dapat memberikan variasi lingkungan kerja dan mampu menambah pengasilan bagi para perawat yang bekerja dirumah sakit.

Karakteristik home VISIT adalah memprioritaskan preventif dan promotif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitative, cara pelayanan tidak terkotak-kotak, terpadu dan berkesinambungan serta pendekatan pelayanan secara menyeluruh, sedangkan manfaat yang dapat diambil dari pelayanan home care adalah terpernuhinya kebutuhan dan tuntutan keperawatan dan kesehatan, biaya kesehatan akan lebih terkendali, mutu pelayanan akan lebih meningkat dan keluarga akan lebih terlibat secara aktif.

Strategi penggelolaan home care. Untuk mengelola home care dibutuhkan komitmen dari berbagai pihak yang terkait baik dari penggelola, rumah sakit maupun dari para pemberi pelayanan. Karena dalam pelaksanaannyahome care tidak lepas dari berbagai masalah diantaranya adalah image masyarakat masih berorientasi pada medis, praktek mandiri belum tersosialisasi.

Menurut Ficks. W.J (1993) ada beberapa kendala atau hambatan dalam mencapai sukses dalam pengelolaan HVC (Home VISIT Cere) yaitu dilihat dari aspek internal dan aspek eksternal. Hubungan dari aspek internal terdiri dari product lifecycle,wage and benefits,administrivia, dan hospital large-scale mind set. Sedangkan hambatan eksternal menyangkut system pembayaran yang tidak ancer, meliputi : reimbusment changes, propective payment dan case management yang tidak hati-hati. Untuk menanggulangi hambatan faktor internal dan eksternal HVC menurut Lerman and Linne, (1993) diarahkan pada :

a. Menetapkan strategi MIA (Mission, Innovation, and Autonomy) untuk mengatasi hambatan internal.

M = Mission

Antara agen / unit home cere dan rumah sakit harus saling bersinergi dan mempunyai kesamaan pandangan dalam hal:

Secara umum jenis pelayanan yang dapat diberikan dalam pelayanan kesehatan rumah dapat dikelompokkan sebagai berikut.

1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan

2. Pelayanan rehabilitasi

3. Pelayanan informasi dan rujukan

4. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan terapeutik

5. Pendidikan dan latihan

6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan

7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial



Langkah – langkah VISIT Care menurut Smith (1995) ada empat aktifitas atau fase dalam melaksanakan keperawatan dirumah, yaitu:

1. Fase Permulaan

Perawatan merupakan kasus – kasus yang perlu ditidak lanjuti dirumah, melelui seleksi kasus dipuskesmas sesuai dengan prioritas. Kemudian menetapkan jadual kunjungan, kontrak waktu kunjungan dengan membuat kesepakatan dengan keluarga tentang waktu kunjungan dan kehadiran anggota keluarga pengambilan keputusan. Selama fase ini pula perawat dan keluarga berusaha untuk saling mengenal dan mengetahui bagaimana keluarga menangapi suatu masalah kesehatan. Selain itu juga perawat menyiapkan perlengkapan lapangan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kunjungan seperti mempelajari riwayat penyakit klien (individu atau anggota keluarga) dari rekan kesehatan anggota keluarga (family folder) dipuskesmas dan pencatatan lain (unit pelayanan kesehatan) yang ada kaitannya dengan klien tersebut, membuat catatan singkat tentang masalah klien dan keluarga tersebut.

2. Fase implementasi

Fase ini perawat melakukan pengkajian dan perencanaan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dimiliki oleh keluarga. Lakukan intervensi sesuai rencana, eksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga terhadap kebutuhannya. Berikan pendidikan kesehatan sesuai dengan pendidikannya dan sediakan pula informasi tertulis.

3. Fase terminasi

Perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan bersama keluarga. Menyususn rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sedang ditangani dan masalah kesehatan yang mungkin dialami keluarga. Tinggal nama dan alamat perawat serta nomor telpon yang bisa dihubungan oleh keluarga.

4. Aktivitas post visit

Fase terakhir adalah pendokumentasian, dimana perawat melakukan pencatatan secara lengkap tentang hasil kunjungan untuk disimpan di pelayanan kesehatan, tempat perawat bertugas.



Karakteristik pelayanan kesehatan rumah antara lain

a. Pelayanan kesehatan rumah memiliki karakteristik sebagai bentuk pelayanan kesehatan promotif dan preventif yang menjadi prioritas utama dengan tidak mengabaikan upaya pengobatan, pencegahan kecacatan yang dilakukan dalam bentuk kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi.

b. Tatacara pelayanan tidak diselenggarakan secara terpisah – pisah, namun dilkukan secara terpadu (interdisiplin) dalam rangka memenuhi kebutuhan klien.

c. Pendekatan penyelenggaraan pelayanan secara menyeluruh.

Agen adalah pengelola yang bertanggung jawab terhadap seluruh pengelolaan pelayanan kesehatan rumah baik penyediaan tenaga, sarana dan peralatan serta mekanisme pelayanan sesuai standar yang ditetapkan. Sejak awal berdirinya pelayanan kesehatan rumah, banyak organisasi yang telah membuat program pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan klien.

Berdasarkan pada administrasi dan struktur organisasi, agen kesehatan rumah dibagi dalam lima jenis yaitu:

1. Agen pemerintahan

2. Agen voluntir/sukarela

3. Agen kombinasi

4. Agen rumah sakit

5. Agen proprietary/swasta




BAB III



A. Kebutuhan Pendidikan Untuk Bidang Praktek

Instituti pendidikan keperawatan bertanggung jawab untuk menghasilkan tenaga perawat yang mahir dan berkompeten. Kompetensi profesional adalah kebutuhan utama bagi perawat kesehatan rumah yang berasal dari berbagai tingkat pendidikan dan mempunyai pengalaman praktik yang berbeda. Kedua aspek ini harus disiapkan dengan baik selama masa pendidikan karena mempunyai konstribusi dalam ;pelanyanan kesehataan rumah. Kelak perawat harus dididik dan dilatih untuk memperoleh pengalanman dan mencapai kemamnpuan yang lebih tertinggi sehingga selain dapat bekerja dengan rekan seprofesi maupun profesi, lain mampu bekerja sama dengan klien daan anggota masyarakat. Lulusan serjana keperawatan merupakan tingkat minimum untuk bergabung daalam profesi perawat kesehatan masyaraka.

B. Lingkup Praktik

Hal penting yang perlu diingat bahwa pelayan kesehatan rumah adalah bagian dari perawat kesehatan masyarakat, yang menitip beratkan kegiatan promosi kesehatan. Kegiatan promosi kesehatan adalah komponen dasar dari praktik kesehatan yang dilakukan pada klien dengan tujuan utama memfasilitas (mempermuda) klien melakukan perawaan diri sendiri. Menurut Orem (1995) perawata mandiri adalah aktifitas aktifitas praktik individu yang meliputi pemeliharaan kesehatan dan kesejatraan klien tampa mengabaikan kecactan mereka. Contoh, klien dengan pasca strok tidak mampu melakukan kegatan sehari hari tanpa bantuan. Walupun demekian klien dapat dilatih dan diajarkan me;akukan kegiatan dengan modifikasi sehingga secra bertahap klien menuju ketahap pelaksanaan prinsip perawatan diri sendiri secara sempurna.

Pada dasarnya perawatan diri sendiri adalah suatu tindakan yang dipilih leh konsumen dan klien terhadap diri mereka sendiriuntuk memelihara kehdupan kesehatan kesejatraan mereka (Goeppengor, 1992). Tujuan utama untuk membantu mencega terjadinya penyakit dan untuk menngkatkan kesejatraan klien pada area kesehatan rumah. Klien yang menentukan dan mengontrolpelayanan yang diberiakan kepadanya dan rencana pelayanan yang akan diberikan harus ditetapkan bersama sama. Perawat hanya bertindak sebagai pasilitator untuk mengembangkaan prilaku kesehatan positif kepada individu yang mengidap penyakit tertentu, setelah kembali ke rumah sakit / instansi kesehatan lain.

Aplikasi proses keperawatan difokuskan pada kepada kebutuhan klien individu dan pemberi perawatan mereka. Menurut American Nurses Credentialing center, “kerangka kerja praktik kesehatandi rumaha adalah manajemen perawatan, yang mencakup: penggunaan proses keperawatan untuk mengkaji, mendiagnosis, merencanakan, dan mengevaluasi perawatan; pelaksanaan intervensi keperawatan, termasuk penyuluhan; koordinasi dan penggunaan rujukan dan sumber; pemberian dan pemantauan semua tingkat perawatan semua teknis; kolaborasi dengan disiplin lain dan pemberi perawatan lai; identifikasi masalah klinis dan penggunaan pengetahuan penelitian; sepervisi personel tambahan; dan advokasi hak klien untuk determinasi diri.

Perbedaan antara keperawatan kesehatan di rumah berbeda dengan peran perawat di perawatan akut. Stackhouse (1998) mengidentifikasi beberapa pertimbangan utama pada keperawatan kesehatan rumah:

Ø Perawat bekerja dalam lingkungan klien. Perawat adalah tamu di rumah klien. Di rumah sakit, sering kali ada perasaan bahwa perawat dan dokter adalah pemilik rumah sakit dan klien adalah tamu.

Ø Kebuuhan akan komunikasi yang jelas dan lengkap penting karena anggota tim kesehatan lain biasanya tidak hadir bersama perawat.

Ø Pengetahuan mengenai sistem reimbursement sangatlah pentng. Klien harus mengetahui layanan apa yang tersedia karena sebagian besar orang tidak membayar langsung atas layanan.

Ø Perawat kesehatan rumah bekerja sendiri. Perawat di ruah sakit dikelilingi oleh rekan kerja yang lain, sedangkan perawat kesehatan rumah hanya memiliki telepon.

Ø Perawat di rumah sakit memiliki berbagai suplai dan peralatan. Perawat kesehatan rumah sering kali harus membuat atau mengadaptsi peralatan untk disesuaikan dengan rumah.

Ø Pengetahuan mengenai sumer komunitas itu penting. Sumber komunitas sering kali dapat menimbulkan banyak perbaikan pada kualitas hidup klien. Perawat kesehatan di rumah sebaiknya memiliki berkas sumber untuk dibagikan ke klien dan keluarga klien.



C. Hubungan Perawat – Klien Dengan Keluarga

Perawat – perawat yang berkunjung ke rumah memiliki perhatian terhadap seluruh masalah kesehatan yang teridentifikasi dari keluarga tertentu atau sekelompok keluarga. Perawat tersebut memiliki kemapuan klinik yang general dan dapat bekerja dengan klien dari seluruh kelompok usia.



Prinsip hubungan perawat – klien dengan keluarga :

1. Focus intervensi perawat adalah keluarga

2. Intervensi yang diberikan dapat berfokus pada seluruh kebutuhan kesehatan dan meliputi tiga level pencegahan.

3. Keluarga tetap memiliki otonomi untuk mengambil keputusan terhadap kesehatan.

4. Perawat adalah tamu di rumah keluarga



Fase hubungan perawat-klien dengan keluarga

1. Fase premisiasi atau persiapan

Pada fase pertama, perawat mendapat data tentang keluarga yang akan di kunjungi dari puskesmas atau ibu kader,perawat perlu membuat laporan pendahuluan untuk kunjungan yang dilakukan. Baik perawat yang sudah berpengalaman fase ini di perpendek jangka waktunya. Sangat penting untuk dilakukan fase ini adalah kontrak waktu kunjungan dengan keluarga.

2. Fase inisiasi atau perkenalan

Fase ini mungkin memerlukan berapa kali kunjungan Selama fase ini, perawat dan keluarga berusaha untuk saling mengenal dan bagaimana keluarga menanggapi suatu masalah kesehatan.

3. Fase implementasi

Pada fase ini, kerja perawat melakukan pengkajian dan perencanaan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dimiliki keluarga bersama-sama dengan keluarga. Lakukan intervensi sesuai perencanaan. Eksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga terhadap kebutuhannya. Berikan pendidikan kesehatan sesuai dengan tingkat pendidikan dan sediakan pula informasi tertulis.

4. Fase terminasi

Difase ini, perawat membuat kesimpulan hasi kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga. Menyusun rencana tindak lanjut terhada masalah kesehatan yang sedang ditangani dan masalah kesehatan yang mungkin dialami keluarga penting dilakukan fase terminasi. Tinggalkan nama dan nomor telpon.

5. Fase paska kunjungan

Fase terakhir ini sering terabaikan. Difase ini hendaknya membuat dokumentasi lengkap tentang hasil kunjunagan untuk di simpan di pelayanan kesehatan, tempat perawat bertugas.









D. Peran Dan Fungsi Perawat Kesehatan Rumah

Perawat pelayanan kesehatan, terlibat dalam perawtan langsung dan perawatan tidak langsung. Dalam melaksakan tugasnya, perawat pelayanan kesehatan rumah menjalankan beberapa macam perAN.

v Perawatan Langsung

Perawatan yang diberikan mengacu pada aspek fisik yang nyata yang diperoleh melalui intraksi perawat – klien. Kegiatan pelayanan secara langsung yang diberiakan pada klien meliputi pengkajian fisik klien, mengganti balutan luka, memberikan injeksi, memasang kateter dan atau memberi injeksi ntravena. Selain itu perawat memberiakn pendidikan kesehatan pada klien dan anggota kluarga yang memberikan pelayanan kesehatan ( Caregiver), tentang cara cara melakukan prosedur tertentu.

Perawat dapat membantu klien dan keluatga mengembangkan sikap yang positif. Kemampuan dan kecakapan tehnis harus diperhatikan oleh perawat pelayanan kesehatan rumah sehinga dapat menerima pembayaran jasa yang telah diberikan oleh pihak ke III. Untuk menentukan tindakan apa saja yang telah dilakukakan leh perawat maka berikut ini terdapat beberapa hal yang harus dicatat secara ade kuat yaitu :

ü Apakah pelayan kompleks, diberiakan oleh perawat yang terekistrasi (RN)

ü Apakah yang dapat dilakukan perawat yang terampil sesuai dengan kondisi klien

ü Dapatkan pelayanan yang diberikan dilakukan oleh seseorang yang bukan petugas kesehatan

ü Apakah instruksi yang diberikan dalam merawat klien melipuyi pengetahuan, instruksi (perawatan) dilakukan oeh seorang perawat RN

Guna menjawab pertayaan tersebut, perawat pelayanan kesehatan rumah harus memiliki dasar pengetahuan yang cukup untuk mengetahui dan menafsirkan / menginterprestasikan kata keterampilan. Klien dan keluarga mempunyai penafsiran terhadap pelayan yang diberikan data subyektif atau obyektif. Beberapa contoh dari pelayanan kesehatan berikut ini, akan membantuk petugas keperawatan untuk menyakinkan mereka tentang objektifitas pelayanan yang diberikan.

v Obsevasi dan evaluasi keadaan fisik dan emosional.

v Meyediakan perawatan langsng seperti aturan dalam keperawatan, latihan rehabilitasi, pemasangan kateter, irigasi kolostomi dan petawatan luka

v Membantu klien dan keluarga megembangkan prilaku positif dalam kesehatan

v Membantu klien dan keluarga untuk memberikan pengobatan jika diperlukan

v Ajarkan klien dan keluarga untuk menjalakan diet yang dianjurkan dokter, mempertimbangkan masalah budaya, keungan dan hal yang terksit dengan privasi.

v Lapotkan kedokter jika muncul tanda dan gejala yang berhubungan dengan status kesehatan klien dan kelanjutan pengobatan yang sedang dijalani

v Membantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi sumber daya yang akan membantu klien mencapa fungsi kesehatan optimal.



o Perawatan Tidak Langsung

Perawatan tidak langsung dilakukan ketika klien tidak mempunyai kontak langsung dengan perawat. Perawatan cenderung pada perawatan tidak langsung lebih kearah kegiatan konsultasi. Perawat pelayanan kesehatan rumah dihubungi oleh perawat rumah sakit untuk melanjutkan kegiatan kegiatan yang telah dilakukan klien dan keluarga misalnya dalam hal merawat ostomi.

Perawat pelayanan kesehatan rumah berfungsi sebagai tenaga konsultan, nasehat yang diberikan tentang bagaimana cara mengatur klien dengan masalah tertentu melalui kerja sama dengan anggota lain dalam tim. Pertemuan tim secara berkala yang memberikan perawatan tidak langsung dipelayanan kesehatan rumah dilakukan secara teratur. Ini merupahkan waktu yang ideal untuk meni ngkatkan koordinasi dan kesinambungan pelayanan perawatan klien dan menggunakan sumber daya secara optimal.

Pengawasan terhadap asisten atau pembantu perawatan kesehatan rumah dilakukan secara tidak langsung, melalui evaluasi yang dilakukan terhadap klien, dilakukan dua minggu sekali. Banyak tindakan keperawatan yang dilakukan di rumah, mungkin tidak secara langsung kelihatan oleh klien, tetapi dapat dinilai melalui kualitas pelayanan kesehatan rumah.



E. Standar Praktik Pelayanan Kesehatan Rumah

Standar praktik merupakan salasatu prangkat yang diperlukan oleh setiap tenaga profesinal. Standar praktik keperawatan mengidentifikasi harapan minimal bagi para perawat profesional dalam memberikan asuhan keperawataan yang aman efektif dan etis. Standar praktik pelayanan kesehatan rumah yang dikembangkan oleh Amerikan Nurse Association(1986) yang memperlihatkan hubungan proses keperawatan dengan standar praktik .





Standar I (Organisasi)

Seluruh pelayanan rumah direncanakan, diorganisir langsung oleh perawat profesional tingkat master yanag telah dipersiapkan untuk memberi pelayanan kesehatan rumah dan mempunyai pengalaman baik secara organisasi maupun diorganisasi kesehatan komunitas. Pimpinan dan perawat pelaksana bekerja bersama-sama, untuk membuat rencana dan program yang sesuai dengan kebutuhan dengan pelayanan komunitas.

Perawat administrator (pengelola) membuat misi,filosofi,dan tujuan agen yang akan memutuskan jenis pelayana yang dibutuhkan klien adan keluarganya di lingkungan mereka. Anggaran kebijakan perorangan dan metoda evaluasi terhadap program dan personal ditetapkan. Penetapan cara memantau program kendali mutu untuk memperbaiki dan meningkat pelayanan yang diberikan.



Standar II-IV (Teori)

Pengumpulan data dan diagnosis kerangka kerja bermanfaat untuk pengkajian ,intervensi,dan evaluasi berdasarkan pada konsep teori dari keperawatan,kesehatan masyaraka,fisik,sosial dan ilmu prilaku. Perawatan pelayanan kesehatan rumah bertanggung jawab untuk mengkaji klien dan kluarga pada sat kunjungan rumah pertama kali dan kunjungan teratur brikutnya. Informasi ynga diprileh dari klien dan keluarga di tetapkan menjadi data dasar yang terdiri dari data objektif dan subjektif. Sebagai contoh:

v Data subjektif : meliputi informasi klien,keluarga,dokter dan perawat dalam bentuk komuniksai verbal.informasi diperoleh melalui pertanyaan langsung untuk me\lengkapi data dasar guna mendirikan diagnosis keperawatan yang akurat meliputi:

1. Diagnosis

2. Status kesehatan

3. Riwayat keluarga

4. Tinjauan terhadap riwayat kesehatan dan penyakit yang terkait dengan sistenkardiopaskuler, paru - paru,muskuloskeletal,gastrointestinal,genitourinaria,endokrin,neurologi dan integumen

5. Kondisi sosial ekonomi,meliputi: sumber pengahasilan,besarnya penghasilan,agama,sistem pendukung,keamanan lingkungan dan ketergantungan terhadap pekerjaan.

6. Pola hidup sehari-hari yang mencakup diet,pola makan,eliminasi,istirahat dan tidur,latihan,aktivitas,rekreasi dan kebersihan.



v Data objektif: diperoleh dari tijaun seluruh sistem tubuh melalui pengkajian /pemeriksaan fisik secara terampil dari kepala hingga kaki.dari data lain yang tercatan pada format diklinik pelayanan rumah,diidentifikasi dan dikembangkan menjadi diagnosis keperawatan.

Pada tahap pengkajian parawt pelayanan kesehatan rumah menentukan profesi lain yangg dibutuhkan klien seperti ahli terapi okupasi,ahli terapi wicara,pekerja sosial,dibidangkesehatan.ahli gizi keluargaharus dilibatkan dalam secaraa keseluruhan dalam proses keperawatan.

Standar V (Perencanaan)

Rencana keperawatan dikembangkan menjadi tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan berfokus pada unsure-unsur promosi dan pemeliharaan kesehatan, pemulihan dan pencegahan terjadinya komplikasi.



Standar VI (pelaksanaan / intervensi)

Implementasi rencana dilakukan dalam tiga fase : sebelum, selama dan sesudah kunjungan rumah., bertanggung pada keperluan perawat pelayanan kesehatan rumah bertanggung jawab membantu klien kembali ketingkat fungsi optimal dan kesehatannya dan menjamin klien dan keluarga terlibat. Dan partisipasi dalam pelayanan kesehatan rumah, penyuluhan, pengawasan terhadap obat-obat dan diet dan evaluasi terhadap Pengaturan klien dengan diabetes.

Standar VII (evaluasi)

Secara bersama-sama klien , keluarga dan perawat pelayanan kesehatan rumah melakukan penilaian terhadap status klien dan kemajuan yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Karena pada kunjungan rumah yang pertama perawat telah menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang yang harus dicapai.

Standar VIII ( keperawatan Berkelanjutan)

Perawat bertanggung jawab untuk menyediakan system keperawatan yang menyediakansuatu transisi secara bertahap bag kliendan keluarga, dari rumah sakit kerumah.hal ini dilakukan melalui koordinasi dengan sumber daya lainyang ada dimasyarakat sesuai dengan kebutuhan klien.

Standar IX (kerja sama antar di-siplin)

Kerja sama antara disiplin pada area pelayanan kesehatan rumah cukup penting karena banyak anggota yang terlihat dalam tim pelayanan kesehatan rumah.agar kerja tim antar disiplin ini sukses maka mereka harus bersama-sama merencanakan, menerapkan dan melakukan evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan.

Standar X (pengembangan Profesional)

Perawatan kesehatan masyarakat selalu aktif berusaha (mengambil bagian) dalam menjamin pelayanan yang berkualitas melalui evaluasi terhadap kelompok, evaluasi diri sendiri yang merupakan bagian dari tim keehatan.

Perawat pelayanan kesehatan dirumah diberi kesempatan untuk meningkatkan pendidikan formal maupun kegiatan ilniah lainnya. Pengembangan professional adalah suatu area pentiing karena pelayanan kesehatan rumah sedang berkembang dengan pesat dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam masalah sosisl dan ebutuhan peleyanan kesehatan dirumah.

Standar XI (Riset)

Perawat pelayana kesehatanrumah berpartisifasi daalam berbagai kesempatan dalam melakukan riset,walau belum pernah mempunyai pengalaman riset keperawatan terutama dalam riset keperawatan komunitas.namun jika sumberdaya dan faktor pendukung dalam penelitian tersebut memadai ,perawat kesehatan rumah dapat dilibatkan.

Standar XII (Etika)

Kode etik yang disun oleh American Nurses Assosiasion bagi perawat guna membuat pertimbangaan etis dalam haal bertindak sebagai advokat kilen,melakukan promosi kesehatan,memberikan informed consent dan melakukan kontrak pertama untuk melihat sumberdaya yang ada dimasyarakat.dilema dan komflik diselesaikan melalui suatu mekanisme yang di rancang dan disepakati. Untu kmencapai tujuan tersebut perawat bertanggung jawab untuk membina hubungan saling percaya dengan keluarga dalam meyakinkan bahwa rumah adalah tempat yang sesuai untuk pemberian pelayanan kesehatan.



F . Mekanisme Perizinan

Perizinan yang menyangkut operasional pengelolaan pelayanan kesehatan rumah dan praktik yang dilaksanakan oleh tenaga profesional dan non profesional diatur sesuai dengan peraturan yang ditetapkan, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Persyaratan perizinan

1. Berbadan hukum yang ditetapkan dal di badan kesehatan akte notaris tentang yayasan di badan kesehatan.

2. Mengajukan permohonan izin usaha pelayanan kesehatan rumah kepada Dinas Kesehatan Kota setempat dengan melampirkan:

a. Rekomendasi dari organisasi profesi

b. Izin lokasi bangunan

c. Izin lingkungan

d. Izin usaha

e. Persyaratan tata ruangan bangunan melipti ruang direktur, ruang manajemen pelayanan, gudang sarana dan peralatan, sarana komunikasi, dan sarana transportasi

f. Izin persyaratan tenaga meliputi izin praktik profesional dan sertifikasi pelayanan kesehatan rumah.



G. Pembayaran Dan Pola Tarif

Kebijaksanaan tarif dalam pelayanan kesehatan rumah mengacu pada prinsip – prinsip yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan sebagai berikut:

a. Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

b. Tarif pelayanan kesehatan rumah harus memperhatikan kemampuan keuangan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat.

c. Penerapan tarif pelayanan kesehatan rumah meskipun dimungkinkan untuk mencari laba, namun harus secara seimbang mempertimbangkan kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah.

d. Tarif pelayanan kesehatan rumah untuk golongan masyarakat yag pembayarannya dijamin oleh pihak penjamin, ditetapkan atas dasar saling membantu melalui suatu ikatan tertulis.

e. Tarif pelayanan kesehatan rumah harus mencakup seluruh unsur pelayanan secara proporsioanal.

f. Berdasarkan tarif ditetapkan setiap tahun selambat – lambatnya satu bulan sebelum tahun kalender dimulai (1 Desember).

Jenis pelayanan yang dikenakan tarif dalam pelayanan kesehatan rumah selain memperhatikan kebijakan yang telah disebutkan, penetapan tarif ditetapkan berdasarkan pertimbangan antara lain kategori tindakan dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks/canggih. Selain itu pertimbangan klasifikasi pelayanan dari yang biasa atau sederhana sampai dengan yang dapat dikategorikan mewah. Semua itu dapat dijadikan pertimbangan dalam memperhitungkan tarif yang layak

H . Pemantauan Dan Evaluasi

Secara teratur, pengelola akan melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap pengelolaan administrasi maupun pelayanan terhadap klien. Untuk pelayanan terhadap klien, setelah kesepakatan antara pengelola ( melalui manajer) dan klien beserta keluarganya, maka manajer akan melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja pelaksana pelayanan.

Pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan dengan mengkaji informasi yang diperoleh dari klien (melalui telepon atau kunjungan rumah) maupun memantau kepatuhan pelaksana pelayanan terhadap standar yang ditetapkan dengan menggunakan berbagai instrumen pemantauan.



PENUTUP

Seiring dengan perkembangan IPTEK dan teknologi medis di era globalisasi ini, berdampak pada sistem pelayanan kesehatan dan praktek keperawatan di Indonesia kini. Tuntutan masyarakat akan kebutuhan pealayanan kesehatan juga semakin meningkat dan berubah dari konsep perawatan dan pengobatan di rumah sakit/klinik menjdai kebutuhan perawatan di rumah, khususnya bagi klien/keluarga dengan penyakit terminal. Di samping itu perawatan di rumah menjadi alternative bagi keluarga dengan usila (usia lanjut) yang cenderung mengalami penyakit dengan kondisi kronik , yang membutuhkan perawatan dan pengobatan jangka panjang.

jadi perawatan home visit sangat penting bagi klien dan juga bisa meningkatkan perawatan kesehatan di lingkungan masyarakat, bagi di daerah perkotaan maupun di daerah pe desaan..



















DAFTAR PUSTAKA

· Koenig Kathleen Blais dkk, 2006, Pratik Keperawatan Profesional, Edisi 4, EGC, Jakarta

· Effendy Nasrul, 1998, dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat,Edisi 2, EGC, Jakarta

· Zang, S.M & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual Perawatan di rumah (Home Care Manual) Edisi Terjemahan Cetakan I. Jakarta: EGC

· Setyowati Sri dkk, 2008, Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Aplikas kasus, Edisi Revisi, Mitra Cendikiaa, jogyakarta

· Sumijatu dkk, 2005, Konsep Dasar Keperawatn Komunitas, EGC, Jakarta