A. Definisi Gastritis
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti
perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis
adalah inflamasi dari mukosa
lambung (Kapita
Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492). Gastritis adalah segala radang
mukosa lambung( Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
,Edisi Kedelapan hal 1062). Gastritis merupakan suatu keadaan
peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis,
difus atau local(Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422).
Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas, gastritis dapat juga
diartikan sebagai suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi
sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis bukan merupakan penyakit
tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu
mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan
akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat
mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori.Peradangan ini
mengakibatkan sel darah putih menuju ke dinding lambung sebagai respon
terjadinya kelainan pada bagian tersebut.
KLIK DISINI BISNIS
MUDAH DAN PRAKTIS,,garansi 1 tahun!!
B. Klasifikasi Gastritis
Gastritis menurut
jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu (David Ovedorf 2002) :
1.
1. Gastritis
akut
Disebabkan oleh
mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren
atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :
1.
Gastritis Eksogen akut ( biasanya disebabkan oleh faktor-faktor
dari luar, seperti bahan kimiamisal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada,
steroid , mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama
aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung) ).
2.
Gastritis Endogen akut (adalah gastritis yang disebabkan oleh
kelainan badan ).
1.
2. Gastritis
Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna
atau maligna dari lambung, atau oleh bakteriHelicobacter
pylory (H.
Pylory). Gastritis kronik
dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis
kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan
atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi
gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada
proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan
dengan infeksi helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
C. Etiologi
Lambung adalah sebuah
kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas perut tepat dibawah
tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar antara 10 inchi dan
dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila
lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah akordion.
Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan – lipatan tersebut secara
bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus,
sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esophagus dan lambung (esophageal sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah
masuk ke lambung cincin in menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan
lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan
mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar – kelenjar
yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung
(termasuk enzim – enzim dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan
tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida.
Asam ini sangat korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini.
Dinding lambung dilindungi oleh mukosa – mukosa bicarbonate (sebuah lapisan
penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara regular sehingga
menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif
asam hidroklorida. Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung
ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Beberapa
penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinyagastritis antara lain :
1.
Infeksi bakteri. Sebagian besar
populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam
lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya
dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan
penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau
minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori sering terjadi
pada masa kanak – kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan
perawatan. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama
terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi
dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian
mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu
perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti
menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan
racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan
secara sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari
kanker lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H. pylori kronis
tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini
mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat sebagian orang rentan
terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
2.
Pemakaian obat penghilang nyeri
secara terus menerus. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti
aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung
dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
Jika pemakaian obat – obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya
masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus
menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic
ulcer.
3.
Penggunaan alkohol secara berlebihan. Alkohol dapat
mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding
lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.
4.
Penggunaan kokain. Kokain dapat
merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.
5.
Stress fisik. Stress fisik akibat
pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan
gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
6.
Kelainan autoimmune. Autoimmune
atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel
sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan
secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar
penghasil asam lambung dan menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah
zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya,
dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak
dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic
gastritis terjadi terutama pada orang tua.
7.
Crohn’s disease. Walaupun
penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran cerna,
namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung.
Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn’s disease (yaitu
sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada
gejala-gejala gastritis.
8.
Radiasi and kemoterapi. Perawatan
terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan
pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan
peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang
terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan
tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
9.
Penyakit bile reflux. Bile (empedu)
adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini
diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian
saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot
sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu
mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan
benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan
gastritis.
10. Faktor-faktor lain. Gastritis sering juga dikaitkan
dengan konsisi kesehatan lainnya seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan
gagal hati atau ginjal.
KLIK DISINI BISNIS
MUDAH DAN PRAKTIS
D. Pathofisiologi
1.
1. Gastritis
Akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti
Inflamatory Drug seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis.Obat
analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan
naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi
prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat –
obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan
kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian
yang berlebihan dapat mengakibatkangastritis dan peptic ulcer.Pemberian aspirin juga dapat menurunkan
sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif
terganggu.
Alkohol berlebih,
terlalu sering memakan makanan yang mengandung nitrat (bahan pengawet) atau
terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh dan kopi serta kebiasaan merokok
dapat memicu terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu
sering kontak dengan dinding lambung akan memicu sekresi asam lambung berlebih
sehingga dapat mengikis lapisan mukosa lambung.
Kemudian stress
psikologis maupun fisiologis yang lama dapat menyebabkan gastritis. Stress
seperti syok, sepsis, dan trauma menyebabkan iskemia mukosa lambung. Iskemia
mukosa lambung mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya terjadi
difusi balik H+ ke
dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi menahan asam berlebih menyebabkan edema
lalu rusak.
1.
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronis dapat
diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut sebagai gastritis
autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atropi dan
infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun, seperti anemia pernisiosa
dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.
Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini dihubungkan dengan
bakteri H. pylory, faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan
obat-obatan dan alkohol, merokok atau refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri yang tidak tahan asam, namun bakteri jenis ini
dapat mengamankan dirinya pada lapisan mukosa lambung. Keberadaan bakteri ini
dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan lambung melemah dan rapuh sehingga
asam lambung dapat menembus lapisan tersebut. Dengan demikian baik asam lambung
maupun bakteri menyebabkan luka atau tukak. Sistem kekebalan tubuh akan
merespon infeksi bakteri H. Pyloritersebut dengan mengirimkan butir-butir leukosit,
selT-killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun demikian semuanya tidak
mampu melawan infeksi H. Pylori tersebut sebab tidak bisa menembus lapisan
lambung. Akan tetapi juga tidak bisa dibuang sehingga respons kekebalan terus
meningkat dan tumbuh. Polymorph mati dan mengeluarkan senyawa perusak radikal
superoksida pada sel lapisan lambung. Nutrisi ekstra dikirim untuk menguatkan
sel leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan sumber nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin rusak sehingga
terbentuk ulserasi superfisial dan bisa menyebabkan hemoragi (perdarahan).Dalam
beberapa hari gastritis dan bahkan tukak lambung akan terbentuk.
E. Manifestasi Klinis
1.
Gastritis akut sangat bervariasi , mulai dari yang sangat ringan
asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang
sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah :
1)
Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi
renjatan karena kehilangan darah.
2)
Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan –
keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat
ditunjuk dengan tepat lokasinya.
3)
Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
4)
Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.
5)
Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada
tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda – tanda anemia defisiensi dengan
etiologi yang tidak jelas.
6)
Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang
mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan
hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia
sampai gangguan kesadaran.
1.
Gastritis kronis
1.
Bervariasi dan tidak jelas
2.
Perasaan penuh, anoreksia
3.
Distress epigastrik yang tidak nyata
4.
Cepat kenyang
F. Komplikasi pada Gastritis
1.
1. Gastritis
Akut
Komplikasi yang dapat
ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan saluran cerna bagian atas
(SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syock hemoragik.
Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis
yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya
adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak
lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.
1.
2. Gastritis
Kronis
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan
penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia
pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.
Gastritis Kronis juka dibiarkan dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan
ulkus peptik dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat
meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara
terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.
KLIK DISINI BISNIS
MUDAH DAN PRAKTIS..garansi 1 tahun
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan
gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu etiologinya, diet
lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun secara spesifik
dapat dibedakan sebagai berikut :
1.
Gastritis Akut
1.
Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala
menghilang; ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.
2.
Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
3.
Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali,
encerkan dan netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium
hidroksida, antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan
sukralfat (untuk sitoprotektor).
4.
Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari
buah jeruk yang encer atau cuka yang di encerkan.
5.
Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena
bahaya perforasi.
6.
Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau
tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam
lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.
7.
Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit
tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin,
ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang
diproduksi.
1.
Gastritis Kronis
1.
Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
2.
Cytoprotective agents : Obat-obat
golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung
dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol.
Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter
biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya
adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. Pylori.
3.
Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung adalah
dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil asam.
Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari
“pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole,
lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga
menghambat kerja H. pylori.
4.
H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin
atau amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi H.Phylory. .Terapi terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa
regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling
sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton.
Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk
membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa
sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik.
Terapi terhadap infeksi H. pyloritidak selalu
berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat beragam,
bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya
lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama
(terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya
meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H. pylori sudah hilang,
dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan
pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering
dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H. pylori. Pemeriksaan
darah akan menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan atau bahkan
lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang.
H. Farmakologi
Obat yang dipergunakan
untuk gastritis adalah Obat yang mengandung bahan-bahan yang efektif
menetralkan asam dilambung dan tidak diserap ke dalam tubuh sehingga cukup aman
digunakan (sesuai anjuran pakai
tentunya). Semakin banyak kadar antasida di dalam obat maag maka semakin banyak
asam yang dapat dinetralkan sehingga lebih efektif mengatasi gejala sakit
gastritis dengan baik.
Pengobatan gastritis tergantung pada penyebabnya. Gastritis akut
akibat konsumsi alkohol dan kopi berlebihan, obat-obat NSAID dan kebiasaan
merokok dapat sembuh dengan menghentikan konsumsi bahan tersebut. Gastritis
kronis akibat infeksi bakteri H. pylori dapat diobati dengan terapi eradikasi H. pylori.
Terapi eradikasi ini terdiri dari pemberian 2 macam antibiotik dan 1 macam
penghambat produksi asam lambung, yaitu PPI (proton pump
inhibitor).
Untuk mengurangi
gejala iritasi dinding lambung oleh asam lambung, penderita gastritis lazim
diberi obat yang menetralkan atau mengurangi asam lambung, misalnya (Mayo
Clinic,2007) :
1. Antasid : Obat bebas yang dapat berbentuk
cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida
menetralkan asam lambung sehingga cepat mengobati gejala antara lain promag,
mylanta, dll.
2. Penghambat asam (acid blocker)
: Jika antasid tidak cukup untuk mengobati gejala, dokter biasanya meresepkan
obat penghambat asam antara lain simetidin, ranitidin, atau famotidin.
3. Proton pump inhibitor (penghambat pompa proton) : Obat ini bekerja
mengurangi asam lambung dengan cara menghambat pompa kecil dalam sel penghasil
asam. Jenis obat yang tergolong dalam kelompok ini adalah omeprazole,
lanzoprazole, esomeparazol, rabeprazole, dll. Untuk mengatasi infeksi bakteri H. pylori,
biasanya digunakan obat dari golongan penghambat pompa proton, dikombinasikan
dengan antibiotika.
I. Diagnosa keperawatan
1.
Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang
berlebih ( mual dan muntah).
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake asupan gizi.
3.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
4.
Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi.
J. Intervensi Keperawatan
1.
Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih ( mual dan
muntah ).
-
Tujuan :
Mencegah output yang berlebih dan mengoptimalkan intake cair.
Kriteria Hasil :
Mempertahankan volume cairan adekuat dengan dibuktikan oleh mukosa bibir
lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler berwarna merah muda, input dan
output seimbang.
-
Intervensi :
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Penuhi kebutuhan individual. Anjurkan klien untuk
minum ( Dewasa : 40-60 cc/kg/jam).
1.
Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi.
1.
Awasi tanda-tanda vital, evaluasi turgor kulit, pengisian
kapiler dan membran mukosa.
1.
Kolaborasi pemberian cimetidine dan ranitidine
1.
Intake cairan yang adekuat akan mengurangi resiko dehidrasi
pasien.
|
|
1.
Mengganti kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan
cairan dalam fase segera.
1.
Menunjukkan status dehidrasi atau kemungkinan kebutuhan untuk
peningkatan penggantian cairan.
2.
Cimetidine dan ranitidine berfungsi untuk menghambat sekresi
asam lambung
1.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake asupan gizi.
Tujuan :
Gangguan nutrisi
teratasi
Kriteria Hasil :
1.
Antoprometri: Berat badan, lingkar lengan atas kembali normal.
2.
Albumin,hemoglobin normal.
3.
Klinis : terlihat segar.
4.
Porsi makan habis.
Intervensi :
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Reduksi stress dan farmakoterapi seperti cytoprotective
agent, penghambat pompa proton, anatasida.
1.
Koloborasi transfusi albumin.
1.
Konsul dengan ahli diet untuk menentukan kalori / kebutuhan
nutrisi .
1.
Tambahan vitamin seperti B12.
2.
Batasi makanan yang menyebabkan peningkatan asam lambung
berlebih, dorong klien untuk menyatakan perasaan masalah tentang makan diet.
3.
Berikan nutrisi melalui IV sesuai indikasi.
|
1.
Stress menyebabkan peningkatan produksi asam lambung,
untuk klien dengan gastritis penggunaan penghambat pompa proton membantu
untuk mengurangi asam lambung dengan cara menutup pompa asam dalam sel
lambung penghasil asam. Kemudian untuk penggunaan cytoprotective agent
membantu untuk melindungi jaringan yang melapisi lambung dan usus
kecil. pada klien dengan gastritis antasida berfungsi untuk menetralisir asam
lambung dan dapat mengurangi rasa sakit.
2.
Dengan tranfusi albumin diharapkan kadar albumin dalam darah
kembali normal sehingga kebutuhan nutrisi kembali normal.
3.
Pemasukan individu dapat dikalkulasikan dengan berbagai
perhitungan yang berbeda, perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi
kebutuhan nutrisi.
4.
Mencegah terjadinya anemia.
5.
Keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut
makanan yang menyebabkan terjadinya gejala.
1.
Program ini mengistirahatkan saluran pencernaan sementara ,
dan memenuhi nutrisi sangat penting dan dibutuhkan.
|
Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan kelemaha fisik
Tujuan :
Intoleransi aktifitas teratasi.
Kriteria Hasil :
Klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Tingkatkan tirah baring atau duduk dan berikan obat sesuai
dengan indikasi.
2.
Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
3.
Ajarkan klien metode penghematan energy untuk aktivitas (lebih
baik duduk daripada berdiri saat melakukan aktivitas)
|
1.
Tirah baring dapat meningkatkan stamina tubuh pasien
sehinggga pasien dapat beraktivitas kembali.
2.
Lingkungan yang nyaman dan tenang dapat mendukung pola
istirahat pasien.
3.
Klien dapat beraktivitas secara bertahap sehingga tidak
terjadi kelemahan.
|
1.
Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Tujuan :
Informasi tepat dan efektif.
Kriteria Hasil :
Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan,
pencegahan dan pengobatan.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit, beri
kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya, beritahu tentang pentingnya
obat-obatan untuk kesembuhan klien.
1.
Evaluasi tingkat pengetahuan pasien.
2.
Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat
pilihan informasi tentang kontrol masalah kesehatan. Keterlibatan orang lain
yang telah menerima masalah yang sama dapat meningkatkan koping , dapat
meningkatkan terapi dan proses penyembuhan.
|
1.
Pengkajian / evaluasi secara periodik meningkatkan pengenalan
/ pencegahan dini terhadap komplikasi seperti ulkus peptik dan pendarahan
pada lambung
|