ASKEP GO (
KENCING NANAH )
I. Pengertian
- Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
gonokokus. Gonore merupakan inflamasi akut yang menyerang traktus genetalia,
traktus urinarius dan mukosa faring serta anus (Brooker, 2001).
- Gonore disebabkan bakteri Neisseria gonorhoeae, yang
menginfeksi mukosa saluran genital, rektum dan orofaring (Brooker, 2008).
- Gonore adalah IMS yang disebabkan oleh diplokokus intrasel
Gram-negatif anaerob Neisseria gonorrhoeae (Geri, 2009).
- Gonore adalah penyakit seksual yang paling sering terjadi,
penyebabnya dalah bakteri Neisseria gonorrhoeae (diplococcus
gram negatif) (Tambayong, 2000).
- Gonorhoe adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae (Mansjoer, 2007).
- Gonorhoe adalah penyakit kencing nanah, radang akut uretra atau
vagina yang ditularkan melalui kontak seksual (Laksman, 2005).
II. Etiologi
Gonore disebabkan oleh bakteri yang masuk melalui vaginal, anal atau oral sex
(the American College of Obstetricians and Gynecologists, 2011) .Organisme
gonokokus (gonococcus, GC) adalah bakteri diplokokus berbentuk
kacang merah, yang bersifat patogen pada epitel. Lokasi infeksi yang umum
mencakup:
- Orofaring
- Konjungtiva mata
- Uretra pria
- Saluran reproduksi wanita. GC menetap dalam vagina hingga
menstruasi, saat kanalis servikalis terbuka, dan kemudian naik ke uterus serta
tuba falopii
- Rektum (Geri, 2009).
III. Faktor Resiko
- Multipel patner seksual
- Mempunyai patner dengan riwayat IMS
- Tidak menggunakan kondom selama berhubungan seksual
- Mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang (Centers for Disease
Control and Prevention, 2011).
IV. Patologi
Infeksi genetal pada wanita biasanya terjadi dengan jalan bersetubuh, dan
jarang sekali dengan cara lain. Masa inkubasi berbeda-beda, yaitu dari beberapa
jam sampai 2 atau 3 hari.
Uretra, kelenjar skene, kelenjar Bartholini dan serviks biasanya adalah bagian
dari alat genetalia yang pertama-tama kena infeksi. Rektum dapat primer kena
infeksi akibat koitus anal, tetapi biasanya rektum terlibat secara sekunder.
Ostium uteri internum adalah penghalang terhadap meluasnya gonokokus ke atas,
tetapi jika penyakitnya tidak segera disembuhkan, penghalang ini dapat
diterobos pada waktu haid atau puerperium, pada waktu ostium terbuka. Jaringan
endometrium yang sebagian nekrotik bercampur darah merupakan tempat perumbuhan
baik bagi kuman. Endometritis akuta yang disebabkan oleh gonore cepat sembuh,
tetapi sementara itu infeksi dapat menyebar ke tuba, ovarium dan peritoneum.
Pada infeksi mukosa orifisium uretra eksternum dan jaringan sekitarnya menjadi
merah dan membengkak. Nanah dapat dikeluarkan dengan tekanan jari dari atas ke
bawah pada uretra. Kelenjar Skene dapat terlibat dan dari salurannya dapat
dikeluarkan nanah, pembentukan abses kadang-kadang terjadi. Pada kelenjar Skene
muaranya dapat dikelilingi oleh areola yang merah (makula gonore dari Sanger).
Saluran glandula Bartholini dapat terkena radang pula, sedang kelenjar sendiri
tidak selalu ikut serta. Saluran-salurannya dapat tetap terbuka atau dapat
tersumbat karena pembengkakan dan perlekatan dan kelenjar dapat berbah menjadi
abses. Abses ini dapat pecah secara spontan atau dapat berubah menjadi kista.
Vagina hanya mudah kena infeksi gonore pada anak-anak, pada wanita hamil dan
wanita sesudah menopouse. Pada wanita masa reproduksi, yang tidak hamil vagina
kebal terhadap gonore oleh karena epitel tatah yang menebal, dan oleh karena
kuatnya pertahanan biologiknya. Serviks sering terkena infeksi gonore yang
menyebabkan servisitis akuta dengan pengeluaran cairan mukopurulen.
Serviks dapat menyimpan gonokokus untuk waktu yang lama, dan oleh karena itu,
menjadi sebab utama kambuhnya penyakit ini pada kasus-kasus yang tidak
kelihatan lagi gejala-gejalanya.
Penyelidikan Schroder menunjukkan bahwa gonore pada korpus uteri biasanya
sembuh dalam beberapa minggu sesudah terjadi perubahan siklik pada lapian
fungsional endometrium. Infiltrat radang yang kecil-kecil pada lapisan basal
dapat bertahan untuk waktu yang lebih lama.
Kelainan-kelainan yang paling nyata yang diakibatkan ole gonore adalah pada
mukosa tuba. Pada stadium akut dijumpai pembengkakan dari dinding tuba dengan
penebalan dalam bentuk benjolan pada lipatan-lipatan tuba, hilangnya silia,
epitel dan adanya eksudat yang purulen. Ostium tuba abdominalis tertutup oleh
eksudat dari peritoneum yang bersifat fibronopurulen, tetapi paling sering oleh
fimbria tuba yang membelok ke dalam atau melekat satu sama lain. Dalam
perkembangan penyakit selanjutnya, lipatan tuba yang berhadapan mengalami
aglutinasi pada beberapa tempat dan terbentuk kelompok ruangan-ruangan kosong (pseudofollicular
salpingitis). Lumen tuba dapat mengalami obliterasi, terutama bagian
istmusnya, pada bagian interstisial kadang-kadang terjadi proliferasi mukosa ke
dalam dinding tuba yang menjadi noduler dan menebal (isthmic nodular
salpingitis). Bentuk tuba dapat kembali seperti biasa dengan terjadinya
resorbsi eksudat atau tuba berubah menjadi piosalping atau hidrosalping. Serosa
tuba melekat ke bagian belakang ligamentum latum, ke peritoneum di kavum
Douglasi, ke ovarium atau ke usus-usu di dekatnya.
Ovarium biasanya menunjukkan kelainan radang hanya pada permukaannya. Kelainan
radang tersebut menggakibatkan kecenderungan ovarium melekat pada lat-alat di
dekatnya. Kadang-kadang dapat terjadi abses pada ovarium, dan apabila abses ini
bersatu dengan piosalping, terjadilah abses tubo-ovarial. Demikian pula
hidrosalping dapat bersatu dengan kista folikel varium dan membentuk kista
tubo-ovarial.
Radang peritoneum pelvik (pelvioperitonitis) biasanya dijumpai
bersama-sama dengan salpingo-ooforitis. Peritonitis umum jarang terjadi,
peritonitis karen gonore cenderung untuk tetap di ppelvis dan membuat
adhesi-adhesi yang multipel. Kadang-kadang terjadi kumpulan nanah di kavum
Douglasi.
Infeksi rektum oleh onokokus terjadi pada 10% dari kasus-kasus. Penyakit ini
hanya terbatas pada bagian bawah rektum dan menunjukkan gejala proktitis
(Prawirohardjo, 2007).
V. Gambaran Klinis
a. Kerap asimtomatik: Gonore dideteksi hanya melalui skrining serviks
yang rutin atau kemungkinan pajanan berikutnya. Sekitar 40-60% wanita yang
mengalami gonore menunjukkan beberapa gejala.
b. Uretra: sering berkemih atau sedikit rasa terbakar saat berkemih
bisa terjadi.
c. Kelenjar parauretral (Skene): pus dapat terlihat meatus
uretra
d. Kelenjar Bartholin: Gonore dapat menyebabkan abses (kemerahan,
edema, nyeri) yang mungkin memerlukan insisi dan drainase atau sembuh, namun
mengakibatkan kista.
e. Serviks: leukorea berwarna hijau atau kuning-kehijauan yang
dikeluarkan dan mengiritasi jaringan vulva.
f. Endometrium: infeksi bersifat sementara, pulih secara spontan dan
asimtomatik
g. Endosalping: terbentuk pus dalam tuba falopii dan meluap sampai ke
ovarium, peritonium, saluran otot serta ligamentum lantum. Endosalpingitis
merupakan gambaran utama infeksi gonokokus. Gejalanya mencakup:
- Demam - mencapai 39,40C
- Mual dan muntah
- Nyeri, sedang atau berat pada kedua kuadran abdomen bagian bawah.
Nyeri mungkin lebih hebat pada sisi awitan
- Nyeri tekan dan rigiditas pada kedua kuadran abdominal bagian bawah
selama pemeriksaan defens muskular involunter saat palpasi abdomen
- Nyeri tekan saat serviks goyah dan nyeri pada forniks lateral selama
pemeriksaan bimanual
- Nyeri tekan pada uterus atau adneksa saat pemeriksaan bimanual
- Nyeri tekan adenopati inguinalis
h. Perihepatitis: palpasi menimbulkan nyeri pada bagian bawah hati yang
disebabkan penyebaran gonore ke peritoneum
i. Infeki lokal: Gonore menyebabkan faringitis, proktitis dan
konjungtivitis
j. Infeksi diseminata (sindrom artritis-dermatitis): penyebaran GC ke
aliran darah.
- Infeksi diseminata terjadi pada 1-3 % wanita yang menderita gonore,
terutama selama kehamilan atau masa menstruasi.
- Infeksi ini merupakan kondisi benigna, namun menyerupai kondisi yang
serius sehingga infeksi ini harus terdiferensiasi secara saksama. Jarang timbul
meningitis dan endokarditis.
- Pada infeksi ini terdapat tiga gejala klasik:
o Demam dan menggigil
o Ruam makulopapula pada
pergelangan tangan dan sendi yang berkembang menjadi vesikel dan pustula
hemoragi
o Artritis sendi
- Diagnosa hampir selalu ditegakkan dari kultur sisi asal infeksi.
Kultur darah, aspirasi sendi, dan lesi kulit kerap negatif (Geri, 2009).
VI. Komplikasi
Gonore yang tidak diobati dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius dan
permanen baik pada wanita maupun pria. Pada wanita, gonore merupakan penyebab
umum penyakit radang panggul (PID). Sekitar 750.000 perempuan setiap tahun di
Amerika Serikat berkembang menjadi PID. Gejala-gejala mungkin sangat ringan
atau bisa sangat parah dan dapat termasuk sakit perut dan demam. PID dapat
menyebabkan abses internal (berisi nanah "kantong" yang sulit untuk
menyembuhkan) dan tahan lama, nyeri panggul kronis. PID dapat merusak saluran
tuba cukup untuk menyebabkan infertilitas atau meningkatkan risiko kehamilan
ektopik. Kehamilan ektopik adalah suatu kondisi yang mengancam jiwa di mana
telur yang dibuahi tumbuh di luar rahim, biasanya di tuba fallopi.
Pada pria, gonore dapat menyebabkan epididimitis, sebuah kondisi menyakitkan
dari saluran-saluran yang melekat pada testis yang dapat menyebabkan
ketidaksuburan jika dibiarkan tidak diobati.
Gonore bisa
menyebar ke darah atau sendi. Kondisi ini dapat mengancam kehidupan. Selain
itu, penderita gonore dapat lebih mudah tertular HIV, virus penyebab AIDS.
Orang yang terinfeksi HIV dengan gonore dapat menularkan HIV lebih mudah untuk
orang lain daripada jika mereka tidak memiliki gonore.
Komplikasi gonore pada wanita adalah endometritis, abses ovarium, salpingitis
dan infertilitas dan bartolinitis (Brooker, 2008).
Infeksi gonore
selama kehamilan meningkatkan risiko abortus sepsis, korioamnionitis, pelahiran
prematur, ruptur membran prematur an retardasi pertumbuhan intrauteri. Apabila
wanita terinfeksi pada saat pelahiran, 30% sampai 35% bayi bru lahir terinfeksi
gonorea selama pengeluarnannya melalui jalan lahir. Resiko semakin besar dengan
ruptur membran yang berkepanjangan. Gonorea pada bayi baru lahir paling sering
menyebabkan infeksi oftalmus. Infeksi saluran nasofaring, vagina, anus, saluran
telinga dan abses kulit kepala (dari elektroda pemantau janin) dapat juga
terjadi (Reeder, 2011).
VII. Terapi
Semakin banyak strain gonore yang menghasilkan penisilinase dan resisten
terhadap tetrasiklin. Beberapa strain yang resisten terhadap fluorquinolon
(ciprofoxacin, ofloxacin,) baru-baru ini telah ditemukan. Rekomendasi CDC untuk
infeksi uretra, infeksi endoserviks atau rektum tanpa komplikasi adalah dengan
terapi ganda menggunakan salah satu dari cara berikut ini:
- Ceftriaxone sodium (Rochepin) 125 mg IM dosis tunggal
- Cefixime (Suprax) 400mg per oral dosis tunggal
- Ciprofloxacin HCl (Cipro) 500mg per oral dosis tunggal
- Ofloxacin (Floxacin) 400mg per oral dosis tunggal
- Spectinomycin HCl (Trobicin) 2gr IM dosis tunggal yang dikombinasikan
dengan doksisiklin 100mg per oral dua kali sehari selama 7 hari
Fluorquinolone tidak boleh digunakan pada wanita hamil dan individu yang
berusia kurang dari 18 tahun. Tidak aada satupun regimen dosis tunggal untk
gonore yyang efektif melawan infeksi Chlamydia penyerta, oleh karena itu
ditambahkan doksisiklin (tidak dipergunakan selama kehamilan) selama 7 hari
atau dosis tunggal azitromisin. Infeksi gonore selama kehamilan diobati dengan
ceftriaxone 125mg IM atau cephalosporin lain (spectinomycin 2gr IM jika
mengalami elergi), ditambah dengan erythromycin base 500mg per oral empat kali
selama 7 hari. Pada neonatus, profilaksis untuk melawan oftalmia gonokokus
secara historis pernah dicapai dengan aplikasi topikal 1% perak nitrat. Namun,
salep eritromisin dan tetrasiklin lebih sering digunakan karena merupakan
profilaksis yang efeksit dalam melawan infeksi oftalmia akibat gonokokus dan
klamidia. Bayi baru lahir yang terinfeksi selama perinatal memerlukan
pengobatan dengan antibiotik parenteral (Reeder, 2011).
DAFTAR
PUSTAKA
Brooker,
Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan:Alih Bahasa, Andry Hartono.
Jakarta: EGC.
Brooker, Chris.
2008. Ensiklopedia Keperawatan: Alih Bahasa Andry Hartono. Jakarta:
EGC.
Centers for Disease Control and Prevention. 2005. Gonorrhea. Diakses dari <http://www.pamf.org/teen/sex/std/std/gonorrhea.html>
Centers for
Disease Control and Prevention. 2011. Sexually Transmitted Diseases
(STDs).Diakses dari < http://www.cdc.gov/std/gonorrhea/stdfact-gonorrhea.htm>
Djuanda, Adhi.
2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Geri, Morgan.
2009. Obstetri & Ginekologi: Panduan Praktik. Jakarta: EGC.
Laksman, Hendra T.
2005. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambatan
Mansjoer, Arif.
dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aeculapius
FKUI.
Prawirohardjo,
Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBP-SP.
Prawirohardjo,
Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP.
Reeder, Sharon J.
2011. Keperawatan Materitas. Jakarta: EGC
Tambayong, Jan.
2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
The American
College of Obstetricians and Gynecologists, 2011. Gonorrhea, Chlamydia
and Syphilis. Diakses dari < www.acog.org/~/media/.../faq071.ashx>
terimakasih buat artikelnya... sangat bermanfaat sob...
BalasHapushttp://cv-pengobatan.com/pengobatan-alami-radang-panggul/