ASKEP ANEMIA APLASTIK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Anemia aplastik merupakan gangguan hematopoesis yang
ditandai oleh penurunan produksi eritroid, mieloid dan megakariosit dalam
sumsum tulang dengan akibat adanya pansitopenia pada darah tepi, serta tidak
dijumpai adanya sistem keganasan hematopoitik ataupun kanker metastatik yang
menekan sumsum tulang. Aplasia ini dapat terjadi hanya pada satu, dua atau
ketiga system hematopoisis. Aplasia yang hanya mengenai system eritropoitik
disebut anemia hipoplastik (ertroblastopenia), yang hanya mengenai system
granulopoitik disebut agranulositosis sedangkan yang hanya mengenai sistem
megakariositik disebut Purpura Trombositopenik Amegakariositik (PTA). Bila
mengenai ketiga sistem disebut Panmieloptisis atau lazimya disebut anemia
aplastik. Menurut The International and Aplastic Anemia Study (IAAS) disebut
anemia aplastik bila : Kadar Hemoglobin ? 10 gr/dl atau Hematokrit ? 30; hitung
trombosit ? 50.000/mm3; hitung leukosit ? 3500/mm3 atau
granulosit?1.5x109/I.(1)
Anemia aplastik dapat pula diturunkan : anemia Fanconi
genetik dan dyskeratosis congenital, dan sering berkaitan dengan anomali fisik
khas dan perkembangan pansitopenia terjadi pada umur yang lebih muda, dapat
pula berupa kegagalan sumsum pada orang dewasa yang terlihat normal. Anemia
aplastik didapat seringkali bermanifestasi yang khas, dengan onset hitung darah
yang rendah secara mendadak pada dewasa muda yang terlihat normal; hepatitis
seronegatif atau pemberian obat yang salah dapat pula mendahului onset ini.
Diagnosis pada keadaan seperti ini tidak sulit. Biasanya penurunan hitung darah
moderat atau tidak lengkap, akan menyebabkan anemia, leucopenia, dan
thrombositopenia atau dalam beberapa kombinasi tertentu.
Dalam makalah ini penulis membahasa tentang konsep
teori serta Asuhan keperawatan pada anemia aplastik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1. Apa Pengertian
dari Anemia aplastik?
2. Apa Etiologi
dari anemia aplastik?
3. Bagaimanakah
patofisiologis pada anemia aplastik?
4. Apa saja
manifestasi dari anemia aplastik?
5. Bagaimankah
penatalaksanaan nya ?
6. Apa saja
komplikasi nya ?
7. Bagaimnakah
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Anemia aplastik ?
1.3 Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini
adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Hematologi & Imunologi yang berjudul
” Askep Anemia
Aplastik ”. Tujuan
khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan
pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep skoliosis
serta proses keperawatan dan pengkajiannya.
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
II.1
Pengertian
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta
hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang
dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah.
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan
bekurangnya sel hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan
trombosit sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum
tulang.
Anemia aplastik adalah anemia yang normokromik
normositer yang disebabkan oleh disfungsi sumsum tulang, sedemikian sehingga
sel darah yang mati tidak diganti.
Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan
terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan susum tulang).
(Ngastiyah.1997.Hal:359)
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan
bekurangnya sel hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan
trombosit sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum
tulang. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:451)
Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi
dari sumsum tulang yang mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur
pembentukan darah dalam sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412)
II.2
Etiologi
Penyebab hampir sebagian besar kasus anemia aplastik
bersifat idiopatik dimana penyebabnya masih belum dapat dipastikan. Namun ada
faktor-faktor yang diduga dapat memicu terjadinya penyakit
anemia aplastik ini.
Faktor-faktor penyebab yang dimaksud antara lain:
a. Faktor congenital :
sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti
mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.
b. Faktor didapat
- Bahan kimia :
benzena, insektisida, senyawa As, Au, Pb.
- Obat : kloramfenikol,
mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin (antihistamin), santonin-kalomel, obat
sitostatika (myleran, methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine dan
sebagainya), obat anti tumor (nitrogen mustard), anti microbial.
- Radiasi : sinar
roentgen, radioaktif.
- Faktor individu :
alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain – lain.
- Infeksi : tuberculosis
milier, hepatitis dan lain – lain.
- Keganasan , penyakit
ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.
(Mansjoer.2005.Hal:494)
II.3 Patofisiologi
Walaupun banyak penelitian yang telah dilakukan hingga
saat ini, patofisiologi anemia aplastik belum diketahui secara tuntas. Ada 3 teori
yang dapat menerangkan patofisiologi penyakit ini yaitu :
1. kerusakan sel
hematopoitik
2. kerusakan
lingkungan mikro sumsum tulang
3. proses imunologik
yang menekan hematopoisis
Anemia aplasia sepertinya tidak disebabkan oleh
kerusakan stroma atau produksi faktor pertumbuhan.
Kerusakan akibat
Obat.
Kerusakan ekstrinsik
pada sumsum terjadi setelah trauma radiasi dan kimiawi seperti dosis tinggi
pada radiasi dan zat kimia toksik. Untuk reaksi idiosinkronasi yang paling
sering pada dosis rendah obat, perubahan metabolisme obat kemungkinan telah
memicu mekanisme kerusakan. Jalur metabolisme dari kebanyakan obat dan zat
kimia, terutama jika bersifat polar dan memiliki keterbatasan dalam daya larut
dengan air, melibatkan degradasi enzimatik hingga menjadi komponen elektrofilik
yang sangat reaktif (yang disebut intermediate); komponen ini bersifat toxic
karena kecenderungannya untuk berikatan dengan makromolekul seluler.
Sebagai contoh,
turunan hydroquinones dan quinolon berperan terhadap cedera jaringan. Pembentukan
intermediat metabolit yang berlebihan atau kegagalan dalam detoksifikasi
komponen ini kemungkinan akan secara genetic menentukan namun perubahan genetis
ini hanya terlihat pada beberapa obat; kompleksitas dan spesifitas dari jalur
ini berperan terhadap kerentanan suatu loci dan dapat memberikan penjelasan
terhadap jarangnya kejadian reaksi idiosinkronasi obat.
POHON MASALAH










![]() |
|||
![]() |














II.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang
sering dialami pada anemia aplastik adalah :
Ø Lemah dan mudah lelah
Ø Granulositopenia dan
leukositopenia menyebabkan lebih mudah terkena infeksi bakteri
Ø Trombositopenia menimbulkan
perdarahan mukosa dan kulit
Ø Pucat
Ø Pusing
Ø Anoreksia
Ø Peningkatan tekanan sistolik
Ø Takikardia
Ø Penurunan pengisian kapler
Ø Sesak
Ø Demam
Ø Purpura
Ø Petekie
Ø Hepatosplenomegali
Ø Limfadenopati
(Tierney,dkk.2003.Hal:95)
II.5 Penatalaksanaan
Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri atas beberapa
terapi sebagai berikut :
1. Terapi Kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab. Hindarkan
pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab yang tidak diketahui. Akan
tetapi,hal ini sulit dilakukan karena etiologinya tidak jelas atau penyebabnya
tidak dapat dikoreksi.
2. Terapi suportif
Terapi suportif bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat
pansitopenia. Adapun bentuk terapinya adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengatasi
infeksi
- Hygiene mulut
- Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang tepat dan
adekuat/.
- Transfusi granulosit konsertat diberikan pada sepsis berat.
b. Usaha untuk mengatasi
anemia
Berikan transfusi packed red cell (PRC) jika hemoglobin < 7 gr/
atau tanda payah jantung atau anemia yang sangat simptomatik. Koreksi Hb
sebesar 9-10 g% tidak perlu sampai normal karena akan menekan eritropoesis
internal
c. Usaha untuk
mengatasi perdarahan
Berikan transfusi konsertat trombosit jika terdapat pedarahan mayor atau
trombosit < 20.000/mm3.
3. Terapi untuk memperbaiki
fungsi sumsum tulang
Obat untuk merangsang fungsi sumsum tulang adalah sebagai berikut :
a. Anabolik
steroid à dapat diberikan oksimetolon atau stanal dengan dosis 2-3 mg/kgBB/hari.
Efek terapi tampak setelah 6-8 minggu. Efek samping yang dialami berupa
virilisasi dan gangguan fungsi hati.
- Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah.
- GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah neutrofil.
4. Terapi Definitif
Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan jangka
panjang.
Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas dua jenis pilihan
sebagai berikut :
a. Terapi
imunosuprersif
- Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau anti-thymocyte
globuline (ATG) dapat menekan proses imunologis
- Terapi imunosupresif lain, yaitu pemberian metilprednison dosis tinggi
b. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang merupakan terapi definitif yang memberikan
harapan kesembuhan, tetapi biayanya mahal.
II.6 Komplikasi
1. Perdarahan
2. Infeksi organ
3. Gagal jantung
BAB III
ASUHAN KEPERAWATA DENGAN ANEMIA APLASTIK
A. Pengkajian
1. Anamnesa
Ø Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, diagnosa medis.
Ø Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang
dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia yang nantinya membantu dalam
Membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit.
Ø Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini
ditemukan kemungkinan penyebab anema aplastik, serta penyakit yang pernah
diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan menghambat
proses penyembuhan.
Ø Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga
yang berhubungan dengan penyakit anemia merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya anemia, sering terjadi pada beberapa keturunan, dan
anemia aplastik yang cenderung diturunkan secara genetik
2. Pemeriksaan Fisik
a.
Aktivitas / Istirahat
- Keletihan, kelemahan
otot, malaise umum
- Kebutuhan untuk tidur
dan istirahat lebih banyak
- Takikardia, takipnea
; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat
- Letargi, menarik
diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
- Ataksia, tubuh tidak
tegak
- Bahu menurun, postur
lunglai, berjalan lambat dan tanda – tanda lain yang menunjukkan keletihan
b. Sirkulasi
- Riwayat kehilangan
darah kronis, mis : perdarahan GI
- Palpitasi (takikardia
kompensasi)
- Hipotensi postural
- Disritmia :
abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang
T
- Bunyi jantung murmur
sistolik
- Ekstremitas : pucat
pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar
kuku
- Sclera biru atau
putih seperti mutiara
- Pengisian kapiler
melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonsriksi kompensasi)
- Kuku mudah patah,
berbentuk seperti sendok (koilonikia)
- Rambut kering, mudah putus,
menipis
c. Integritas
Ego
- Keyakinan agama /
budaya mempengaruhi pilihan pengobatan mis transfusi darah
- Depresi
d. Eliminasi
- Riwayat
pielonefritis, gagal ginjal
- Flatulen, sindrom
malabsorpsi
- Hematemesis, feses
dengan darah segar, melena
- Diare atau konstipasi
- Penurunan haluaran
urine
- Distensi abdomen
e. Makanan /
cairan
- Penurunan masukan
diet
- Nyeri mulut atau
lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
- Mual/muntah,
dyspepsia, anoreksia
- Adanya penurunan
berat badan
- Membrane mukusa
kering,pucat
- Turgor kulit buruk,
kering, tidak elastic
- Stomatitis
- Inflamasi bibir
dengan sudut mulut pecah
f.
Neurosensori
- Sakit kepala,
berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi
- Insomnia, penurunan
penglihatan dan bayangan pada mata
- Kelemahan,
keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki
- Peka rangsang,
gelisah, depresi, apatis
- Tidak mampu berespon
lambat dan dangkal
- Hemoragis retina
- Epistaksis
- Gangguan koordinasi,
ataksia
g.
Nyeri/kenyamanan
- Nyeri abdomen samar, sakit kepala
h. Pernapasan
- Napas pendek pada
istirahat dan aktivitas
- Takipnea, ortopnea
dan dispnea
i. Keamanan
- Riwayat terpajan
terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida, fenilbutazon, naftalen
- Tidak toleran
terhadap dingin dan / atau panas
- Transfusi darah
sebelumnya
- Gangguan penglihatan
- Penyembuhan luka
buruk, sering infeksi
- Demam rendah,
menggigil, berkeringat malam
- Limfadenopati umum
- Petekie dan ekimosis
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi
jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
2. Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau
ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
3. Risiko tinggi
terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi
tertekan).
4. Kurang pengetahuan
sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ;
tidak mengenal sumber informasi.
C. NCP
NO
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Perubahan perfusi jaringan b.d
penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient
ke sel.
|
Peningkatan perfusi jaringan
KH :
Klien menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
|
Awasi tanda vital, kaji
pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai
toleransi.
- Awasi upaya pernapasan ;
auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
- Selidiki keluhan nyeri
dada/palpitasi.
- Hindari penggunaan botol
penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer.
- Kolaborasi pengawasan hasil
pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah
sesuai indikasi.
- Berikan oksigen tambahan sesuai
indikasi.
|
Memberikan informasi tentang
derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan
intervensi.
- Meningkatkan ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi
bila ada hipotensi.
- Gemericik menununjukkan
gangguan jajntung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah
jantung.
- Iskemia seluler mempengaruhi
jaringan miokardial/ potensial risiko infark.
- Termoreseptor jaringan dermal
dangkal karena gangguan oksigen
- Mengidentifikasi defisiensi dan
kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.
- Memaksimalkan transport oksigen
ke jaringan.
|
2.
|
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna
makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah
|
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
KH :
- Menunujukkan peningkatan
/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal.
- Tidak mengalami tanda mal
nutrisi.
- Menununjukkan perilaku,
perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan
yang sesuai.
|
- Kaji riwayat
nutrisi, termasuk makan yang disukai
- Observasi dan catat
masukkan makanan pasien
- Timbang berat badan
setiap hari.
- Berikan makan
sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan
- Observasi dan catat
kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan
- Berikan dan Bantu
hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus
untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila
mukosa oral luka.
- Kolaborasi pada
ahli gizi untuk rencana diet.
- Kolaborasi ; pantau
hasil pemeriksaan laboraturium
- Kolaborasi; berikan
obat sesuai indikasi
|
- Mengidentifikasi
defisiensi, memudahkan intervensi
- Mengawasi masukkan
kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan
- Mengawasi penurunan
berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi
- Menurunkan
kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster
- Gejala GI dapat
menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
- Meningkatkan nafsu
makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan
kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila
jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
- Membantu dalam
rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual
- Meningkatakan
efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
- Kebutuhan
penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang
buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
|
3.
|
Risiko tinggi terhadap infeksi
b.d tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin
leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
|
Infeksi tidak terjadi.
KH :
- mengidentifikasi perilaku
untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
- meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam. |
- Tingkatkan cuci tangan yang
baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien
- Pertahankan teknik aseptic
ketat pada prosedur/perawatan luka
- Berikan perawatan kulit, perianal
dan oral dengan cermat
- Motivasi perubahan
posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam
- Tingkatkan masukkan cairan
adekuat
- Pantau/batasi pengunjung.
Berikan isolasi bila memungkinkan
- Pantau suhu tubuh. Catat adanya
menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam
- Amati eritema/cairan luka
- Ambil specimen untuk
kultur/sensitivitas sesuai indikasi
- Berikan antiseptic topical ;
antibiotic sistemik
|
- mencegah kontaminasi
silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia berat/aplastik
dapat berisiko akibat flora normal kulit.
- menurunkan risiko
kolonisasi/infeksi bakteri
- menurunkan risiko kerusakan
kulit/jaringan dan infeksi
- meningkatkan ventilasi semua
segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia
- membantu dalam pengenceran
secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan
tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.
- membatasi pemajanan pada
bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan pada anemia aplastik, bila
respons imun sangat terganggu.
- adanya proses inflamasi/infeksi
membutuhkan evaluasi/pengobatan.
- indikator infeksi lokal.
Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan.
- membedakan adanya infeksi,
mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan
- mungkin digunakan secara
propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi
local
|
4.
|
Kurang pengetahuan sehubungan
dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak
mengenal sumber informasi.
|
Pasien mengerti dan memahami
tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
KH :
- Pasien menyatakan
pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit.
- Mengidentifikasi
factor penyebab.
- Melakukan tiindakan
yang perlu/perubahan pola hidup.
|
- Berikan informasi
tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe
dan beratnya anemia.
- Tinjau tujuan dan
persiapan untuk pemeriksaan diagnostic
- Kaji tingkat
pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya
- Berikan penjelasan
pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
- Anjurkan klien dan
keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya
- Minta klien dan
keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan
|
- memberikan dasar
pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan
ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi
- ansietas/ketakutan
tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban
jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.
- megetahui seberapa
jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya
- dengan mengetahui
penyakit dan kondisinya sekarang, klien akan tenang dan mengurangi rasa cemas
- diet dan pola makan
yang tepat membantu proses penyembuhan.
- mengetahui seberapa
jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan
yang dilakukan
|
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan
bekurangnya sel hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan
trombosit sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum
tulang. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:451)
Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi
dari sumsum tulang yang mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya
unsur pembentukan darah dalam sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412)
Penyebab dari anemia aplastik adalah :
a. Faktor congenital :
sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti
mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.
b. Faktor didapat
- Bahan kimia :
benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb.
- Obat : kloramfenikol,
mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin (antihistamin), santonin-kalomel, obat
sitostatika (myleran, methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine dan
sebagainya), obat anti tumor (nitrogen mustard), anti microbial.
- Radiasi : sinar
roentgen, radioaktif.
- Faktor individu :
alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain – lain.
- Infeksi :
tuberculosis milier, hepatitis dan lain – lain.
- Keganasan , penyakit
ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.
(Mansjoer.2005.Hal:494)
IV.2. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih
baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis
Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9. Jakarta : EGC
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
http://poetriezhuzter.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-anemia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar