my facebook

Selasa, 02 Oktober 2012

GASTROENTERITIS


ASKEP PADA PASIEN GASTROENTERITIS

  1. PENGERTIAN
Gastroenteritis yaitu defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lender dalam tinja.
 ( Suharyono,1999 )
Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan perubahan bentuknya yang encer atau cair.
( Suriadi, 2001 )
Gastroenteritis adalah suatu kondisi pada gaster yang ditandai dengan adanya muntah dan diare yang disebabkan infeksi, alergi, tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toksin.
 ( Tucker,1998 )
Dari bebepara pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekukensi lebih banyak dari biasanya.

  1. ETIOLOGI
Penyebab diare dibagi dalam beberapa factor yaitu:
    1. Infeksi
a. Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama pada anak yang disebabkan infeksi bakteri vibrio E.coli atau salmonella dan enterovirus.
b.Infeksi parenteral yaitu infeksi dari bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti otitis media akut, tonsilofaringitis, infeksi parasit : cacing,protozoa, jamur.keadaan ini terjadi pada bayi dan anak umur dibawah 2 tahun.


    1. Malabsorsi
a. Mal absorpsi kalbohidrat
   disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa). Pada bayi dan anak-anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
b.Mal absorpsi lemak
c. Mal absorpsi protein
    1. Makanan
Makanan basi, baeracun, alergi terhadap makanan
    1. Psikologik
Rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang telah besar.

  1. ANATOMI PATOLOGI
Iritasi  usus oleh suatu pathogen akan mempengaruhi mukosa usus, sehingga akan terjadi peningkatan produk-produk sekretorik termasuk mucus. Iritasi oleh mikroba juga mempengaruhi lapisan otot sehingga akan terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas meyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di dalam kolon akan berkurang. Individu yang mengalami diare berat akan meninggal akibat terjadi syok hipovolemik dan kelinan elektrolit. Toksisn kolera yang dikeluarkan oleh bakteri kolera adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang motilitas dan secara langsung akan menyebabkan sekresi air dan elektrolit ke dalam usus besar, sehingga unsusr-unsur plasma yang pentingnini yang terbuang dalam jumlah besar.
( Corwin, 2001 : 521 )

  1. PATOFISIOLOGI
Gastroenteritis akut ditandai dengan muntah dan diare berakibat kehilangan cairan dan elektrolit. Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus (roba virus, adeno virus enterik, norwalk virus serta parasit (blardia lambia) patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel). Organisme ini menghasilkan enterotoksin atau kritotoksin yang merusak sel atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Usus halus adalah organ yang palilng banyak terkena.
Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute rektal, oral dari orang ke orang. Beberapa fasilitas perawatan harian yang meningkatkan resiko gastroenteritas dapat pula merupakan media penularan. Transpor aktif akibat rangsang toksin bakteri terhadap elektrolit ka dalam usus halus. Sel intestinal mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit, mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga akan menurunkan area permukaan intestinal.
Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan dan elektrolit. Peradangan dapat mengurangi kemampuan intestinal mengabsorpsi cairan dan elektrolit hal ini terjadi pada sindrom mal absorpsi yang meningkatkan motilitas usus intestinal. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari absorbsi dan sekresi cairan dan elektroli yang berlebihan. Cairan potasium dan dicarbonat berpindah dari rongga ekstra seluler ke dalam tinja sehingga menyebabkan dehidrasi, kekurangan elektrolit dapat terjadi asidosis metebolik.
( Suriadi,2004: 83)
Iritasi usus oleh suatu patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus sehingga terjadi produk sekretonik termasuk mukus. Iritasi mikroba juga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motiltas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang, karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di colon berkurang.
                                                            (Corwin,2000:321)







  1. PATHWAY
 






























  1. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal adalah anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan menurun kemudian timbul diare tinja cair, mungkin mengandung darah atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu, anus dan sekitarnya menjadi lecet karena tinja menjadi asam akibatnya, banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah dehidrasi diare. Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi.berat badan menurun pada bayi, ubun-ubun besar dan cekung, tonus dan turgor otot kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir menjadi kering.
Gejala klinis sesuai  tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut :
a.       Dehidrasi ringan (kehilangan 2,5% BB)
      Kesadaran komposmentis, nadi kurang dari 120 kali per menit, pernafasan biasa, ubun-ubun besar agak cekung, mata agak cekung, turgor dan tonus biasa, mulut kering.
b.      Dehidrasi sedang (kehilangan 6,9 % BB)
      Kesadaran gelisah, nadi 120-140 kali per menit, pernafasan agak cepat, ubun-ubun besar cekung, mata tampak cekung, turgor dan tonus agak kurang, mulut kering
c.       Dehidrasi berat (kehilangan > 10 % BB)
      Kesadaran apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali permenit, pernafasan kusmaul, ubun-ubun besar cekung sekali, turgor dan tonus kurang sekali, mulut kering dan sianosis
Gangguan keseimbangan asam dan basa dan elektrolit.
a.       Cairan yang banyak keluar melalui BAB menyebabkan kehilangan bikarbonat, sehingga PH menurun, PCO2 meningkat, asidosis metabolik yang ditandai pernafasan kusmaul.
b.      Terjadi hipo/hipertermi (< 130 atau > 150 mEq/L), hipokalemia (< 3 mEq).
c.       Hipoglikemi gangguan gizi
d.      Syok hipovolemi.

  1. FOKUS PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan fisik
·         kepala
ubun-ubun ( pada infant ) tampak cekung, gangguan pertumbuhan rambut, rambut kusam, tidak mengkilap dan rontok.
·         Mata
Palpebra tampak cekung, konjungtiva anemis
·         Mulut
Warna dan kelembaban, adanya lesi, bersisik / mengelupas dan kering
·         Abdomen
Nyeri tekan, abdomen tegang, distensi, hipertimpani, peristaltik meningkat, berat badan menurun.
·         Kulit
Warna kulit, hidrasi, kering,turgor kulit menurun, keringat banyak.
·         TTV
Suhu meningkat, nadi cepat, respirasi meningkat, TD meningkat atau menurun.
2. Pemeriksaan penunjang
·         pemeriksaan feses
konsistensi, peningkatan leukosit, darah, lendir dan mikroorganisme
·         pemeriksaan darah
·         pemeriksaan elektrolit ( Na meningkat / menurun, K menurun )
hematokrit meningkat, asidosis metabolik
·         pemeriksaan urin
warna, jumlah, berat jenis
(Doenges,2000; 473-475)



  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Gangguan keseimbangan  cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan banyak melalui rute normal ( diare berat, muntah ), pemasukan terbatas ( mual ).
  2. Resti terhadap kekurangan nutrisi dari kebutuhan berhubungan denngan intake inadekuat
  3.  Resti terhadap gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi anal
  4.  Resti terhadap infeksi berhubungan dengan porte deentre kuman / bakteri sekunder
(Doenges,1999:476-502)

  1. INTERVENSI DAN RASIONALISASI
  1. Gangguan keseimbangan  cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan banyak melalui rute normal ( diare berat, muntah ), pemasukan terbatas ( mual )
Kriteria Hasil :
a.       Mempertahankan keseimbangan cairan
b.      Turgor kulit baik
c.       Hidrasi adekuat dibuktikan oleh menbran mukosa lembab
Intervensi dan Rasionalisai :
Intervensi        :mengawasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feses, perkiraan kehilanhan yang tidak terlihat dehidrasi
Rasionalisasi    :memberikan informais tentang keseimbangan cairan fungsi ginjal dan control penyakit usus juga merupan pendoaman untuk penggantian cairan
Intervensi        : kaji TTV
Rasionalisasi    :hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukan respon terhadap cairan
Intervensi        :observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa, penurunan turgor kulit
Rasionalisasi    :menunjukan kehilangan cairan berlebih / dehidrasi
Intervensi        :ukur BB setiap hari
Rasionalisasi    : indicator cairan dan status nutrisi
Intervensi        : kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Rasionalisasi    : menurunkan kehilangan cairan
Intervensi        : awasi hasil laboratorium, misalnya Ht dan elektrolit
Rasionalisasi :mendeteksi homeostasis / ketidakseimbangan, membantu menentukan kebutuhan penggantian.

  1. Resti terhadap kekurangan nutrisi dari kebutuhan berhubungan denngan intake inadekuat
Kriteria Hasil :
a.       Berat badan stabil
b.      Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat.
c.       Berpartisipasi dalam masukan diet.
Intervensi dan Rasionalisasi :
Intervensi        : menimbang BB setiap hari
Rasionalisasi    : memberikan informai tentang kebutuhan diet dan keaktifan terapi
Intervensi        : memberikan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan yang menyenangkan dengan situasi tidak terburu-buru
Rasionalisasi    : lingkungan yangn tenang akan menurunkan stress dan lebih kodusif untuk makan
Intervensi        : batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen
Rasionalisasi    : mencegah serangan akut / ekserbasi gejala
Intervensi        : mencatat masukan dan perubahan simatologi
Rasionalisasi    : memberikan rasa control dan kesempatan yang diinginkan / dinikmati dapat meningkatkan masukan
Intervensi        : pemberian cairan  elektrolit sesuai indikasi
Rasionalisasi    : membantu memenuhi kekurangan cairan

  1. Resti terhadap gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi anal
Kriteria Hasil :
a.       Menunjukkan jaringan atau kulit utuh yang bebas akskoriasi.
b.      Melaporkan tak ada atau penurunan pruritus.
Intervensi dan Rasionalisasi :
Intervensi        : observasi kemerahan, pucat
Rasionalisasi    : area ini meningkatkan  resiko untuk kerusakan dan memrlukan pengobatan intensif
Intervensi        :diskusikan pentingnya perubahan posisi yang sering untuk mempertahankan aktifitas
Rasionalisasi    : meningkatkan sirkulai dan perfusi kulit dengan mencegah tekan lama pada jaringan
Intervensi        : gunakan krim dua kali sehari dan setelah mandi
Rasionalisasi    : melicinkan kulit dan menurunkan gatal
Intervensi        : pijat kulit khususnya diatas penonjolan tulang
Rasionalisasi    : memperbaiki sirkulasi pada kulit, meningkatkan tonus kulit
Intervensi        : tekankan pentingnya nutrisi / cairan adekuat
Rasionalisasi    : perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kulit

  1. Resti terhadap infeksi berhubungan dengan porte deentre kuman / bakteri sekunder
Kriteria Hasil :
a.       Pasien menunjukkan penyembuhan luka utuh
b.      Jaringan tampak bergranulasi
c.       Bebas tanda-tanda infeksi
Intervensi dan Rasionalisasi :
Intervensi        : tekankan teknik mencuci tangan yang tepat
Rasionalisasi    : mencegah penyebaran bakteri dan kontaminasi kuman
Intervensi        : pertahankan teknik aseptic pada penggantian balutan pada prosedur invasive
Rasionalisasi    : menurunkan resiko infeksi nosokomial
Intervensi        : kolaborasi berikan antimikroba topical / antibiotic sesui indikasi
Rasionalisasi    : dapat menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur yang terjadi pada kulit dan mencegah infeksi atau lu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar