my facebook

Selasa, 09 Oktober 2012

COMBUTIO ASKEP


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LUKA BAKAR

I.                   Definisi
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation) .
II.                Etiologi
Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi :
·         Luka Bakar Termal
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
·         Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
·         Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
·         Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
III.             Faktor Resiko
Data yang berhasil dikumpulkan oleh Natinal Burn Information Exchange menyatakan 75 % semua kasus injuri luka bakar, terjadi didalam lingkungan rumah. Klien dengan usia lebih dari 70 tahun beresiko tinggi untuk terjadinya luka bakar.
IV.             Efek Patofisiologi Luka Bakar
1.      Pada Kulit
Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar tergantung pada luas dan ukuran luka bakar. Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns), respon tubuh bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami injuri. Sedangkan pada luka bakar yang lebih luas misalnya 25 % dari total permukaan tubuh (TBSA : total body surface area) atau lebih besar, maka respon tubuh terhadap injuri dapat bersifat sistemik dan sesuai dengan luasnya injuri. Injuri luka bakar yang luas dapat mempengaruhi semua sistem utama dari tubuh, seperti :
2.      Sistem kardiovaskuler
Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine, histamin, serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalmi injuri. Substansi-substansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes (to seep) kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung mengenai pembuluh akan lebih meningkatkan permeabilitas kapiler
3.      Sistem Renal dan Gastrointestinal
Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya GFR (glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi gastrointestia pada klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %.
4.      Sistem Imun
Fungsi sistem immune mengalami depresi. Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu penurunan dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas complement dan perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas. Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup klien.
5.      Sistem Respiratori
Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadar oksigen arteri
V.                Klasifikasi Beratnya Luka Bakar
Faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar
Beberapa faktor yang mempengaruhi berat-ringannya injuri luka bakar antara lain kedalaman luka bakar, luas luka bakar, lokasi luka bakar, kesehatan umum, mekanisme injuri dan usia
Berikut ini akan dijelaskan sekilas tentang faktor-faktor tersebut di atas:
a.       Kedalaman luka bakar
Kedalaman luka bakar dapat dibagi ke dalam 4 kategori (lihat tabel 3) yang didasarkan pada elemen kulit yang rusak.
1.      Superficial (derajat I), dengan ciri-ciri sbb:
*      Hanya mengenai lapisan epidermis.
*      Luka tampak pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai berat).
*      Kulit memucat bila ditekan.
*      Edema minimal.
*      Tidak ada blister.
*      Kulit hangat/kering.
*      Nyeri / hyperethetic
*      Nyeri berkurang dengan pendinginan.
*      Discomfort berakhir kira-kira dalam waktu 48 jam.
*      Dapat sembuh spontan dalam 3-7 hari.
2.      Partial thickness (derajat II), dengan ciri sbb.:
*      Partial tihckness dikelompokan menjadi 2, yaitu superpicial partial thickness dan deep partial thickness.
*      Mengenai epidermis dan dermis.
*      Luka tampak merah sampai pink
*      Terbentuk blister
*      Edema
*      Nyeri
*      Sensitif terhadap udara dingin
3.      Full thickness (derajat III)
·         Mengenai semua lapisan kulit, lemak subcutan dan dapat juga
·         mengenai permukaan otot, dan persarafan dan pembuluh darah.
·         Luka tampak bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan coklat atau hitam.
·         Tanpa ada blister.
·         Permukaan luka kering dengan tektur kasar/keras.
·         Edema.
·         Sedikit nyeri atau bahkan tidak ada rasa nyeri.
·         Tidak mungkin terjadi penyembuhan luka secara spontan.
·         Memerlukan skin graft.
·         Dapat terjadi scar hipertropik dan kontraktur jika tidak dilakukan tindakan preventif.
4.      Fourth degree (derajat IV)
·         Mengenai semua lapisan kulit, otot dan tulang.
a.      Luas luka bakar
b.      Lokasi luka bakar (bagian tubuh yang terkena)
c.       Kesehatan umum
d.      Mekanisme injuri
e.       Usia
VI.             Kategori berat luka bakar menurut ABA
Perkumpulan Luka Bakar America (American Burn Asociation/ABA) mempublikasikan petunjuk tentang klasifikasi beratnya luka bakar. Perkumpulan itu mengklasifikasikan beratnya luka bakar ke dalam 3 kategori, dengan petunjuknya seperti tampak dalam tabel berikut :
1.      Luka Bakar Berat
·         25 % pada orang dewasa
·         25 % pada anak dengan usia kurang dari 10 tahun
·         20 % pada orang dewasa dengan usia lebih dari 40 tahun
·         Luka mengenai wajah, mata, telinga, lengan, kaki, dan perineum yang
·         mengakibatkan gangguan fungsional atau kosmetik atau menimbulkan disabiliti.
·         LB karena listrik voltage tinggi
·         Semua LB dengan yang disertai injuri inhalasi atau truma yang berat.
2.      Luka Bakar Sedang
·         15-25 % mengenai orang dewasa
·         10-20 % pada anak usia kurang dari 10 tahun
·         10-20 % pada orang dewasa usia lebih dari 40 tahun<
3.      Luka Bakar Ringan
·         < 10 th
·         > 40 th
·         Tidak ada resiko gangguan kosmetik atau fungsional atau disabiliti.
VII.          KOMPLIKASI
a.       Syok hipovolemik
b.      Kekurangan cairan dan elektrolit
c.       Hypermetabolisme
d.      Infeksi
e.       GGK{gagal ginjal akut}
f.       Masalah pernapasan akut, injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia bakteri, edema.
g.      Paru dan emboli
h.      Sepsis pada luka
i.        Ilius paralitik
VIII.       MANIFESTASI KLINIS
a.       Riwayat terpaparnya
b.      Lihat derajat luka
c.       Status pernapasan, tachypnea, tekanan nadi lemah, hipotensi, menurunnya pengeluaran urin atau anuri
d.      Perubahan suhu tubuh.
Proses Keperawatan Luka Bakar
A.    Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data baik data subyektif maupun data obyektif. Data subyektif diperoleh berdasarkan hasil wawancara baik dengan klien ataupun orang lain, sedangkan data obyektif diperoleh berdasarkan hasil observasi dan pemeriksaan fisik.
1.      Data biografi
2.      Luas luka bakar
3.      Kedalaman luka bakar
4.      Lokasi/area luka
5.      Masalah kesehatan lain
6.      Data Penunjang
*      Sel darah merah (RBC): dapat terjadi penurunan sel darah merah (Red Blood Cell) karena kerusakan sel darah merah pada saat injuri dan juga disebabkan oleh menurunnya produksi sel darah merah karena depresi sumsum tulang.
*      Sel darah putih (WBC): dapat terjadi leukositosis (peningkatan sel darah putih/White Blood Cell) sebagai respon inflamasi terhadap injuri.
*      Gas darah arteri (ABG): hal yang penting pula diketahui adalah nilai gas darah arteri terutama jika terjadi injuri inhalasi. Penurunan PaO2 atau peningkatan PaCO2.
*      Karboksihemoglobin (COHbg) :kadar COHbg (karboksihemoglobin) dapat meningkat lebih dari 15 % yang mengindikasikan keracunan karbon monoksida.
Diagnosa Keperawatan:
1.      Defisit volume cairan b.d. pe- ningkatan permeabi-litas kapiler dan perpin-dahan cairan dari ruang intravaskuler ke ruang interstitial
2.      Potensial illeus paralitik        b.d. stress akibat injury.
3.      Potensial gagal ginjal b.d. adanya hemachromagen dalam urine karena luka bakar yang dalam
4.      Gangguan pertukaran gas b.d. keracunan carbonmo-noxida, kerusakan paru akibat pabas.
5.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. edema trahea, menurunnya fungsi ciliar paru akibat injuri inhalasi
6.      Perubahan perfusi jaringan perifer b.d. konstriksi akibat luka bakar.
7.      Hypotermia b.d. kehi-langan jaringan epitel dan fluktuasi suhu udara
Intervensi
v  Kaji kebutuhan untuk pemasangan NGT.
v  Kaji fungsi usus :
*      Auskultasi bu-nyi usus tiap 4 jam
*      Observasi dis-tensi abdomen
v  Monitor output gaster, jumlah, warna dan ada-nya darah serta pH.
v  Monitor dan doku-mentasikan output urine setiap jam & warna urine.
v  Pastikan aliran ka-teter urine dalam keadaan baik.
v   Berikan cairan intravena sesuai program
v  Siapkan sampel urine untuk peme-riksaan kadar myo-globin/hemoglobin sesuai program
v  Illeus umumnya terjadi pada luka bakar > 20 – 25%
v  Bunyi usus mengindikasikan adanya peristal-tik.
v   Distensi abdomen menunjukan ter-jadinya illeus
v  Pengeluaran cair-an dari gaster memerlukan re-placement cair-an. Ulkus pada gaster sering ter-jadi pada luka bakar berat.
v   Urine akan berwarna merah atau coklat gelap jika terdapat hemachromagen
v  Kateter dapat tersumbat oleh hemachromagen.
v   Hemachromagen akan terbilas atau keluar dari tubuh.
v  Memberikan informasi tentang resiko gagal ginjal
*      Gelisah, bing-ung (confuse)
*       Terdapat upaya nafas,
*       Tachypnea,
*       Dyspnea,
*       Tachicardia,
*       Kadar PaO2 dan SaO2 menurun
*       Cyanosis
v  Monitor kadar gas darah arteri dan COHb sesuai permintaan dokter
v  Monitor kadar SaO2 secara kontinu
v  Berikan oksigen seuai program
v  Ajarkan pasien penggunaan spirometri.
v   Tinggikan tempat tidur bagian kepala.
v   Monitor kebutuhan untuk pema-sangan intubasi endotraheal.
*      Gangguan pertu-karan gas dapat megakibatkan respiratori distres karena hypokse-mia.
*      Memberikan data tentang efektifi-tas respirasi/ oksigenasi.
*       Memberikan data oksigenasi non-invasif.
*       Menurunkan hi-poksemia
*      Mendorong untuk bernafas dalam.
*       Mempermudah ekspansi paru
v  Intubasi mungkin diperlukan untuk memelihara oksi-genasi
*      Kaji tingkatan nye-ri dengan latihan ROM aktif
*      Tinggikan ekstre-mitas yang terkena di atas permukaan jantung.
*       Dorong klien untuk melakukan latihan ROM aktif
*      Antisipasi & siap-kan klien untuk escharotomy
*      Perawatan Post Escharotomy :
v  Kaji keadekuatan sirkulasi :
*      Cek nadi
*      Catat warna, pergerakan & sensasi ekstre-mitas yang terkena.
*       Atasi perdarahan post operasi escharotomy dgn penekanan, elek-trocautery, menja-hit pembuluh yang mengalami perda-rahan.
*       Monitor suhu rec-tal sesuai indikasi (setiap jam selama fase emergensi dan setelah dilakukan pembedahan
*      Iskemia jaringan menyebabkan timbulnya rasa nyeri.
*       Menurunkan pembentukan edema dependen.
*       Meningkatkan venous return dan menurunkan atropi otot.
*       Escharotomi dila-kukan untuk memperbaiki sirkulasi dan jaringan.
*       Data-data tsb mengindikasikan perfusi yg adek-wat.
*       Jaringan yang masih hidup di-bawahnya akan berdarah.
v  Hipotermia dapat terjadi setelah kehilangan kulit karena rusaknya regulator panas.
Tujuan Dan Criteria Hasil
Klien akan memperli-hatkan perbaikan keseimbangan cairan, yang ditandai oleh :
·         Tidak kehausan
·         Mukosa mulut/bibir lembab
·         Output urine : 30-50 cc/jam
·         Sensori baik
·         Denyut nadi
·         Kaji terjadinya hi-povolemia tiap 1 jam selama 36 jam
·         Ukur/timbang berat badan setiap hari.
·          Monitor dan doku-mentasikan intake dan output setiap jam
·         Berikan replace-ment cairan dan elektrolit melalui intra vena sesuai program.
·          Monitor serum elektrolit dan hematokrit.
*      Perpindahan cair- an dapat menye-babkan hipovo-lemia
*      Berat badan me-rupakan indek yg akurat keseim-bangan cairan.
*      Output urine me-rupakan pengu-kuran yg efektif terhadap keber-hasilan resusitasi cairan
*      Cairan intravena dipergunakan un tuk memperbaiki volume cairan.
·         Hiperkalemia dan peningkatan hematokrit merupakan hal yang sering terjadi.
·         Perawat akan memoni-tor bunyi usus normal aktif, adanya distensi abdomen, produksi flatus dan gerakan usus normal.
·         Perawat akan memoni-tor adanya hemachro-magen dalam urine & output urine adekuat : 75-100 cc/hari
·         Klien akan menunjukan perbaikan pertukaran gas, yang ditandai oleh :
*      Respirasi 16-24 kali/menit tanpa upaya
*      PaO2 > 90 mmHg
*      PaCO2 : 35-45 mm-Hg
*      SaO2 > 95%
*      Suara nafas kedua paru bersih.
·         Kaji tanda-tanda respiratori distres yang ditandai oleh
·         Bersihan jalan nafas klien akan efektif, yang ditandai oleh:
*      Suara nafas bersih
*      Sekresi pulmoner bersih sampai putih
*      Monbilisasi sekreai pulmoner efektif
*      Respirasi tanpa upa-ya
*      Respirasi rate:16-24 kali/mnt
*      Tidak ada ronchi, whezing, stridor
*      Tidak ada dispnea
*      Tidak ada sianosis.
·         Perfusi perifer klien akan menjadi adekuat, yang ditandai oleh:
*      Denyut nadai dapat diraba melalui palpa-si/Dopler
*      Capilari refill pada kulit yang tidak ter-bakar <>
*      Tidak ada kebal
*      Tidak terjadi pening-katan rasa nyeri pada waktu melakukan latihan ROM
·         Ajarkan klien un-tuk batuk dan ber-nafas dalam setiap 1-2 jam selama 24 jam, kemudian se-tiap 2-4 jam, saat terjaga.
·         Letakan peralatan suction oral dalam jangkaun klien un-tuk digunakan sen-diri oleh klien.
·         Lakukan endotra-cheal suction jika diperlukan, dan monitor serta doku-mentasikan karak-teristik sputumnya.
·         Lepaskan semua perhiasan & pakai-an yg kencang/ sempit
·         Batasi penggunaan cuff tekanan darah yang dapat menye-babkan konstriksi pada ekstremitas.
·         Monitor denyut arteri melalui pal-pasi atau dengan Dopler setiap jam selama 27 jam.
·         Kaji Capilary refill pada kulit yang tak terbakar pada bagi-an ekstremitas yg terkena.
*      Mempermudah dalam member-sihkan saluran nafas bagian atas
*      mendorong klien untuk member-sihkan sendiri sekresi oral dan sputum.
*      Menghilangkan sekresi dari sa-luran nafas bagi-an atas. Warna, konsistensi, bau dan banyaknya dapat mengindi-kasikan adanya infeksi.
*      Dapat membaha-yakan sirkulasi sebagai akibat terjadinya edema.
*      Dapat menurun-kan aliran arteri dan venous return.
*      Menurnkan/menghilangkan hipok-semia
·         Capilary refil menjadi meman-jang & gangguan sirkulasi.

Rasional
1.       Perilaku maladap tif adalah berba-haya.
2.       Meningkatkan kepercayaan
3.       Menurnkan kecemasan
4.       Memotivasi klien; menurunkan rasa takut
5.       Jangan membe-rikan harapan palsu tentang per baikan fungsi jika kerusakan irrever sibel.
6.       Keluarga mung-kin takut dan membutuhkan bimbingan.
7.       Memfasilitasi reinteraksi social
*    Persiapan untuk menurunkan rasa takut

Kesimpulan
Perawatan LB merupakan hal yang komplek dan menantang. Trauma fisik dan psikologis yang dialami setelah injuri dapat menimbulkan penderitaan baik bagi penderita sendiri maupn keluarga dan orang lain yang dianggap penting. Anggota yang menjadi kunci dari tim perawatan luka bakar adalah perawat yang bertanggung jawab untuk membuat perencanaan perawatan yang bersifat individual yang merefleksikan kondisi klien secara keseluruhan.















DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E., et al. (1995). Nursing care plans guidelines for planning patient care. (2nd ed.). Philadelphia: F.A. Davis Co.
Luckmann & Sorensen. (1993). Medical-surgical nursing a psychophysiologic approach, (4th ed.). Philadelphia: W.B. Saunder Co.
Nettina, S. (1996). The Lippincott manual of nursing practice. (6th ed.). Lippincott: Lippincott-Raven Publisher.
Thompson, J.M. (1987). Clinical nursing. St. Louis: Mosby.
Sumber : Adapted form A.C. Guyton, Textbook of medical physiology, 7th ed. (Philadelphia: WB. Saunder Co., 1986) p. 383

Tidak ada komentar:

Posting Komentar