ASKEP HERPES
ZOSTER
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Herpes zoster adalah infeksi virus
pada kulit. Herpes simpleks virus merupakan salah satu virus yang menyebabkan
penyakit herpes pada manusia. Tercatat ada tujuh jenis virus yang dapat
menyebabkan penyakit herpes pada manusia yaitu, herpes simpleks, Varizolla
zoster (VZV), Cytomegalovirus (CMV), Epstein Barr (EBV), dan human herpes virus
tipe 6 (HHV-6), tipe 7 (HHV-7), tipe 8 (HHV-8). Semua virus herpes memiliki
ukuran dan morfologi yang sama dan semuanya melakukan replikasi pada inti sel.
Herpes simpleks terdiri dari 2 tipe yaitu, Herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) yang
menyebabkan infeksi pada mulut, mata, dan wajah sedangkan Herpes simpleks tipe
2 (HSV-2) yang menyebabkan infeksi pada alat kelamin (genetalia). Tetapi,
bagaimanapun kedua tipe virus ini dapat menyebabkan penyakit dibagian tubuh
manapun. HSV-1 menyebabkan munculnya gelombung berisi cairan yang terasa nyeri
pada mukosa mulut, wajah, dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital
ditularkan melalui hubungan seksual da menyebabkan gelembung berisi cairan yang
terasa nyeri pada membran mukosa alat kelamin. Infeksi pada vagina terlihat
seperti bercak dengan luka. Pada pasien mungkin muncul dengan iritasi,
penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan pada kulit (jaudince)
dan kesulitan bernafas atau kejang. Lesi biasanya hilang dalam dua minggu,
infeksi. Episode pertama (infeksi pertama) dari infeksi HSV adalah yang paling
berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4 – 6 hari. Gejala yang timbul, melipti
nyeri, inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema) dan diikuti dengan
pembentukan gelembung – gelembung yang berisi cairan. Cairan bening tersebut
selanjutnya dapat berkembang menjadi nanah, diikuti dengan pembentukan keropeng
atau kerak (scab). Stelah infeksi pertama, HSV memiliki kemampuan yang unik
untuk bermigrasi sampai pada saraf sensorik tepi menuju spinal ganglia, dan
berdormansi sampai diaktifasi kembali. Pengaktifan virus yang berdormansi
tersebut dapat disebabkan penurunan daya tahan tubuh, stress, depresi, alergi
pada makanan, demam, trauma pada mukosa genital, menstruasi, kurang tidur, dan
sinar ultraviolet.
BAB II
TINJAUAN TEORI
TINJAUAN TEORI
1.HERPES ZOSTER
A. Definisi
Herpes zoster adalah peradangan akut pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus varicella zoster.
B. ETIOLOGI
Herpes zoster adalah peradangan akut pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus varicella zoster.
B. ETIOLOGI
Herpes zoster terjadi karena reaktivasi dari virus varicella
(cacar air).
Frekuensi meningkat pada pasien dengan imunitas yang lemah dan menderita malignitas;seperti leukemia dan limfoma.
Frekuensi meningkat pada pasien dengan imunitas yang lemah dan menderita malignitas;seperti leukemia dan limfoma.
Cara penularan :
Kontak langsung dengan lesi aktif
Sekresi pernafasan.
Umur:
Dewasa lebih sering dibanding anak-anak.
Jenis kelamin : pria = wanita
Musim/iklim : tidak tergantung musim.
Sekresi pernafasan.
Umur:
Dewasa lebih sering dibanding anak-anak.
Jenis kelamin : pria = wanita
Musim/iklim : tidak tergantung musim.
C. PATOFISIOLOGI
Gejala prodromal (80%) : nyeri, demam.
Kelainan kulit:
Lesi : Eritema papula dan vesikula bula.
Isi lesi : jernih keruh dapat bercampur darah.
Lokasi : bisa di semua tempat, paling sering unilateral pada servikal IV dan lumbal II.
D.MANIFESTASI KLINIK
Bila menyerang wajah, yang dipersarafi N.V disebut herpes zoster frontalis.
Bila menyerang cabang optalmikus disebut herpes zoster oftalmik.
Bila menyerang saraf interkostal disebut herpes zoster torakalis.
Bila menyerang daerah lumbal disebut herpes zoster lumbalis.
Kelainan kulit:
Lesi : Eritema papula dan vesikula bula.
Isi lesi : jernih keruh dapat bercampur darah.
Lokasi : bisa di semua tempat, paling sering unilateral pada servikal IV dan lumbal II.
D.MANIFESTASI KLINIK
Bila menyerang wajah, yang dipersarafi N.V disebut herpes zoster frontalis.
Bila menyerang cabang optalmikus disebut herpes zoster oftalmik.
Bila menyerang saraf interkostal disebut herpes zoster torakalis.
Bila menyerang daerah lumbal disebut herpes zoster lumbalis.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tzanck’s smear dan punch biopsy: adanya sel raksasa berinti banyak dan sel epitel mangandung badan inklusi eosinofilik, yang tidak terdapat pada lesi yang lain, kecuali virus herpes simpleks.
Isolasi virus: cairan vesikel, darah, cairan serebrospinalis, jaringan terinfeksi, antigen VVZ.
Tzanck’s smear dan punch biopsy: adanya sel raksasa berinti banyak dan sel epitel mangandung badan inklusi eosinofilik, yang tidak terdapat pada lesi yang lain, kecuali virus herpes simpleks.
Isolasi virus: cairan vesikel, darah, cairan serebrospinalis, jaringan terinfeksi, antigen VVZ.
F. KOMPLIKASI
Sikatriks
Neuralgia pascaherpetik
Sikatriks
Neuralgia pascaherpetik
G. PENATALAKSANAAN MEDIK
- Istirahat
- Analgetik
- Asiklovir, famsiklovir, valasiklovir:
5 x 800 mg/hari selama 7 hari, paling
lambat 72 jam setelah lesi muncul.
Kriteria:
- umur > 60 thn.
- umur < 60 thn, lesi luas dan akut.
- segala umur, lesi oftalmikus.
- aktif menyerang leher, alat gerak
dan perineum (lumbal-sakral).
Nursing Intervention
Berikan dan kaji keefektifan obat yang
diberikan.
Kompres dingin, gunakan antipruritus
dingin.
Jaga agar vesikel tidak pecah,
dengan bedak salisil 2%.
Ajarkan pasien dan keluarga tentang
cara penularan dan pencegahan.
Ajarkan tentang pencegahan infeksi sekunder
Berikan suport emosional tentang intervensi yang berkelanjutan.
Pemeriksaan Mata
• Vision acuity test
• Slit lamp
• Ophthalmoscope
• Tonometry
Ada 3 jenis utama katarak berdasarkan lokasi yang terkena.
– Cortical
– Nuclear
– Posterior subcapsular
- Istirahat
- Analgetik
- Asiklovir, famsiklovir, valasiklovir:
5 x 800 mg/hari selama 7 hari, paling
lambat 72 jam setelah lesi muncul.
Kriteria:
- umur > 60 thn.
- umur < 60 thn, lesi luas dan akut.
- segala umur, lesi oftalmikus.
- aktif menyerang leher, alat gerak
dan perineum (lumbal-sakral).
Nursing Intervention
Berikan dan kaji keefektifan obat yang
diberikan.
Kompres dingin, gunakan antipruritus
dingin.
Jaga agar vesikel tidak pecah,
dengan bedak salisil 2%.
Ajarkan pasien dan keluarga tentang
cara penularan dan pencegahan.
Ajarkan tentang pencegahan infeksi sekunder
Berikan suport emosional tentang intervensi yang berkelanjutan.
Pemeriksaan Mata
• Vision acuity test
• Slit lamp
• Ophthalmoscope
• Tonometry
Ada 3 jenis utama katarak berdasarkan lokasi yang terkena.
– Cortical
– Nuclear
– Posterior subcapsular
1.CORTICAL CATARACTC
Paling sering, berhubungan dengan usia.
Terdiri dari 4 tahap:
- Incipient stage
• Perubahan korteks pada bagian perifer.
• Pola kekeruhan radical.
- Intumescent stage
Lensa menyerap air, menjadi bengkak
Anterior chamber menjadi dangkal
- Mature stage
• Cairan keluar dan lensa mengkerut.
• Seluruh protein lensa menjadi keruh
- Hypermature Stage
• Suatu katarak yang sangat matur bisa menyebabkan pencairan pada korteks lensa. Cairan ini bisa keluar dari kapsul yang utuh, sehingga lensa dan kapsul mengkerut.
Paling sering, berhubungan dengan usia.
Terdiri dari 4 tahap:
- Incipient stage
• Perubahan korteks pada bagian perifer.
• Pola kekeruhan radical.
- Intumescent stage
Lensa menyerap air, menjadi bengkak
Anterior chamber menjadi dangkal
- Mature stage
• Cairan keluar dan lensa mengkerut.
• Seluruh protein lensa menjadi keruh
- Hypermature Stage
• Suatu katarak yang sangat matur bisa menyebabkan pencairan pada korteks lensa. Cairan ini bisa keluar dari kapsul yang utuh, sehingga lensa dan kapsul mengkerut.
2. NUCLEAR CATARACTN
• Terjadi saat dini (setelah middle age)
• Gejala paling awal adalah rabun jauh
• Gejala lain adalah sukar membedakan warna atau monocular diplopia.
• Terjadi saat dini (setelah middle age)
• Gejala paling awal adalah rabun jauh
• Gejala lain adalah sukar membedakan warna atau monocular diplopia.
3. POSTERIOR SUBCAPSULAR.
• Lokasi pada korteks, dekat dengan kapsul posterior bagian tengah.
• Gejala yang paling sering adalah silau dan penurunan penglihatan pada kondisi cahaya terang.
- Congenital Cataract
Sudah terjadi pada saat lahir atau beberapa waktu setelah lahir.
H. ETIOLOGY
• Intra-uterine
infeksi virus
Maternal ingestion of Thalidomide, steroids.
• Hereditary
autosomal dominant
recessive X-linked
I. PENGOBATAN CATARACT
• Surgery merupakan jalan satu-satunya untuk mengatasi katarak. Akan tetapi, bila gejala katarak ringan, bisa dibantu dengan menggunakan kacamata..
• Pembedahan dilakukan bila katarak sudah menyebabkan gangguan penglihatan dalam melakukan akivitas sehari-hari.
- ECCE+IOL
• Extracapsular cataract extraction merupakan metode yang paling dianjurkan pada pembedahan katarak.
• Kapsul lensa bagian belakang tidak diangkat.
• Intra Ocular Lens ditanam di kantong kapsul.
Intraocular Lens
• IOL adalah lensa yang tipis, transparan, convex yang terbuat dari polimer yang diselipkan pada saat pembedahan.
Keuntungan IOL
• Pasien tidak menggunakan kacamata untuk melihat jauh.
• Bayangan jernih tanpa distorsi
• Dapat segera melihat setelah pembedahan.
Phacoemulsification
• Phacoemulsification or phaco berarti getaran ultra-sonic yang menyebabkan lensa menjadi larut dan diaspirasi melalui insisi yang hanya 3mm.
• small-incision cataract surgery.
• Lokasi pada korteks, dekat dengan kapsul posterior bagian tengah.
• Gejala yang paling sering adalah silau dan penurunan penglihatan pada kondisi cahaya terang.
- Congenital Cataract
Sudah terjadi pada saat lahir atau beberapa waktu setelah lahir.
H. ETIOLOGY
• Intra-uterine
infeksi virus
Maternal ingestion of Thalidomide, steroids.
• Hereditary
autosomal dominant
recessive X-linked
I. PENGOBATAN CATARACT
• Surgery merupakan jalan satu-satunya untuk mengatasi katarak. Akan tetapi, bila gejala katarak ringan, bisa dibantu dengan menggunakan kacamata..
• Pembedahan dilakukan bila katarak sudah menyebabkan gangguan penglihatan dalam melakukan akivitas sehari-hari.
- ECCE+IOL
• Extracapsular cataract extraction merupakan metode yang paling dianjurkan pada pembedahan katarak.
• Kapsul lensa bagian belakang tidak diangkat.
• Intra Ocular Lens ditanam di kantong kapsul.
Intraocular Lens
• IOL adalah lensa yang tipis, transparan, convex yang terbuat dari polimer yang diselipkan pada saat pembedahan.
Keuntungan IOL
• Pasien tidak menggunakan kacamata untuk melihat jauh.
• Bayangan jernih tanpa distorsi
• Dapat segera melihat setelah pembedahan.
Phacoemulsification
• Phacoemulsification or phaco berarti getaran ultra-sonic yang menyebabkan lensa menjadi larut dan diaspirasi melalui insisi yang hanya 3mm.
• small-incision cataract surgery.
J. KOMPLIKASI
• Kekeruhan pada kapsul posterior
• Cystoid macular edema
• Glaucoma
• Hyphema
• Ptosis
• Infeksi
• Retinal detachment
• Dislokasi lensa
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Kekeruhan pada kapsul posterior
• Cystoid macular edema
• Glaucoma
• Hyphema
• Ptosis
• Infeksi
• Retinal detachment
• Dislokasi lensa
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Perubahan sensori perseptual: visual b/d kekeruhan pd
lensa d/d pupil tampak putih, pasien mengeluhkan pandangan kabur, berkabut,
atau pandangan ganda dan gangguan penglihatan.
• Ketakutan/ ansietas b/d kerusakan sensori dan kurang pemahaman mengenai perawatan pasca operasi, pemberian obat.
• Resiko cedera b/d penurunan visus atau berada di lingkungan yang kurang dikenal.
• Resiko cedera b/d komplikasi pasca operasi spt; pendarahan atau peningkatan tekanan intra okuler.
• Defisit perawatan diri b/d kelemahan visual dan perawatan mata pasca operasi.
• Resiko tinggi infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak)
• Kurang pengetahuan ttg kondisi pengobatan dan perawatan pasca operasi b/d terbatasnya informasi atau kesalahan interpretasi informasi.
• Perubahan sensori perseptual: visual b/d kekeruhan pd lensa d/d pupil tampak putih, pasien mengeluhkan pandangan kabur, berkabut, atau pandangan ganda dan gangguan penglihatan.
• Ketakutan/ ansietas b/d kerusakan sensori dan kurang pemahaman mengenai perawatan pasca operasi, pemberian obat.
• Resiko cedera b/d penurunan visus atau berada di lingkungan yang kurang dikenal.
• Resiko cedera b/d komplikasi pasca operasi spt; pendarahan atau peningkatan tekanan intra okuler.
• Defisit perawatan diri b/d kelemahan visual dan perawatan mata pasca operasi.
• Resiko tinggi infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak)
• Kurang pengetahuan ttg kondisi pengobatan dan perawatan pasca operasi b/d terbatasnya informasi atau kesalahan interpretasi informasi.
• Perubahan sensori perseptual: visual b/d kekeruhan pd lensa d/d pupil tampak putih, pasien mengeluhkan pandangan kabur, berkabut, atau pandangan ganda dan gangguan penglihatan.
L.RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tujuan : Pasien mendemonstrasikan peningkatan kemampuan untuk memproses rangsangan visual dan mengkomunikasikan pembatasan pandangan.
Kriteria Hasil:
– Visus meningkat
– Respon verbal peningkatan penglihatan
Intervensi
Mandiri: 1. kaji ketajaman penglihatan klien
2. berikan pencahayaan yg plg sesuai dgn klien
3. cegah glare atau sinar yg menyilaukan
4. letakkan brg2 pd tempat yang konsisten
Tujuan : Pasien mendemonstrasikan peningkatan kemampuan untuk memproses rangsangan visual dan mengkomunikasikan pembatasan pandangan.
Kriteria Hasil:
– Visus meningkat
– Respon verbal peningkatan penglihatan
Intervensi
Mandiri: 1. kaji ketajaman penglihatan klien
2. berikan pencahayaan yg plg sesuai dgn klien
3. cegah glare atau sinar yg menyilaukan
4. letakkan brg2 pd tempat yang konsisten
5. gunakan materi dgn tulisan besar dan kontras.
3.HERPES SIMPLEKS
A.DEFINISI
Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks tipe I atau tipe II yang ditandai adanya vesikel yang berkelompok di
atas kulit yang lembab dan merah. Vesikel ini paling sering terdapat di sekitar
mulut, hidung, daerah genital dan bokong, walaupun dapat juga terjadi di bagian
tubuh lain.
B.EFIDEMIOLOGI
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan menyerang baik pria dan wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi virus herpes simpleks tipe I biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan infeksi virus herpes simpleks tipe II biasanya terjadi pada usia dewasa dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual.
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan menyerang baik pria dan wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi virus herpes simpleks tipe I biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan infeksi virus herpes simpleks tipe II biasanya terjadi pada usia dewasa dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual.
C.PENYEBAB
Penyakit ini disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I dan tipe II. Virus herpes simpleks tipe 1 berperan dalam kelainan di sekitar mulut sedangkan virus herpes simpleks tipe II berperan dalam kelainan di sekitar genital. Daerah yang terkena ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual seperti oral-genital, sehingga herpes yang terdapat di daerah genital kadang-kadang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I sedangkan di daerah mulut dan rongga mulut dapat disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe II.
Penyakit ini disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I dan tipe II. Virus herpes simpleks tipe 1 berperan dalam kelainan di sekitar mulut sedangkan virus herpes simpleks tipe II berperan dalam kelainan di sekitar genital. Daerah yang terkena ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual seperti oral-genital, sehingga herpes yang terdapat di daerah genital kadang-kadang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I sedangkan di daerah mulut dan rongga mulut dapat disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe II.
D.GEJALA
Gejala herpes simpleks dapat bervariasi dari satu individu
ke individu lain. Infeksi pertama berlangsung lebih lama dan lebih berat,
kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala lain seperti demam, lemas, nyeri
di sekitar mulut, tidak mau makan dan dapat ditemukan pembengkakan kelenjar
getah bening. Gejala utamanya berupa vesikel yang berkelompok di atas kulit
yang lembab dan merah, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi keruh,
terkadang gatal dan dapat menjadi krusta. Krusta ini kemudian akan lepas dari
kulit dan memperlihatkan kulit yang berwarna merah jambu yang akan sembuh tanpa
bekas luka. Vesikel ini dapat timbul di tubuh bagian mana saja, namun paling
sering timbul di daerah sekitar mulut, hidung, daerah genital dan bokong.
Setelah itu, penderita masuk dalam fase laten, karena virus tersebut sebenarnya
masih terdapat di dalam tubuh penderita dalam keadaan tidak aktif di dalam
ganglion (badan sel saraf), yang mempersarafi rasa pada daerah yang terinfeksi.
Pada fase ini tidak ditemukan gejala klinis.
Infeksi rekuren (berulang) dapat terjadi bila virus herpes simpleks pada ganglion yang dalam keadaan tidak aktif dengan sebuah mekanisme menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala. Mekanisme itu dapat berupa demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual, gangguan emosional, menstruasi dan sebagainya. Gejala yang timbul lebih ringan daripada infeksi pertama dan berlangsung kira-kira 7 sampai 10 hari. Selain itu terkadang timbul rasa panas, gatal dan nyeri sebelum vesikel timbul.
Bila pada kehamilan timbul herpes genitalis, perlu mendapat perhatian yang serius, karena virus dapat sampai ke sirkulasi darah janin melalui plasenta (ari-ari) serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa ensefalitis (radang selaput otak), keratokonjungtivitis (radang di mata) atau hepatitis (radang di hati)
Infeksi rekuren (berulang) dapat terjadi bila virus herpes simpleks pada ganglion yang dalam keadaan tidak aktif dengan sebuah mekanisme menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala. Mekanisme itu dapat berupa demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual, gangguan emosional, menstruasi dan sebagainya. Gejala yang timbul lebih ringan daripada infeksi pertama dan berlangsung kira-kira 7 sampai 10 hari. Selain itu terkadang timbul rasa panas, gatal dan nyeri sebelum vesikel timbul.
Bila pada kehamilan timbul herpes genitalis, perlu mendapat perhatian yang serius, karena virus dapat sampai ke sirkulasi darah janin melalui plasenta (ari-ari) serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa ensefalitis (radang selaput otak), keratokonjungtivitis (radang di mata) atau hepatitis (radang di hati)
D.PENGOBATAN
Untuk mengobati herpes simpleks, dokter dapat memberikan
pengobatan antivirus dalam bentuk krim atau pil. Pengobatan ini tidak dapat
menyembuhkan herpes simpleks, namun dapat mengurangi durasi terjadinya penyakit
dan mengurangi beratnya penyakit. Antivirus yang diakui oleh FDA (badan
pengawas obat-obatan Amerika Serikat) antara lain: Acyclovir, Valacyclovir dan
Famcyclovir. Jika seseorang sedang mendapat pengobatan untuk herpes simpleks,
maka pasangan seksualnya disarankan untuk diperiksa, dan bila perlu, diobati
juga walaupun tidak ada gejala. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya
komplikasi yang serius pada infeksi herpes simpleks yang tidak terdiagnosis
atau mencegah penyebaran infeksi ini ke orang lain. Mereka juga disarankan
untuk tidak berhubungan seksual sampai selesai pengobatan.
F. PENCEGAHAN
F. PENCEGAHAN
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran
herpes simpleks antara lain:
- Hindari berhubungan seksual dengan orang lain bila masih terdapat vesikel
- Hindari pinjam meminjam barang pribadi seperti handuk
- Hindari pencetus terjadinya episode rekuren seperti kurang tidur, stress berlebihan.
- Hindari berhubungan seksual dengan orang lain bila masih terdapat vesikel
- Hindari pinjam meminjam barang pribadi seperti handuk
- Hindari pencetus terjadinya episode rekuren seperti kurang tidur, stress berlebihan.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
keperawatan
a. Riwayat
• Riwayat
menderita penyakit cacar
• Riwayat
immunocompromised (HIV/AIDS, Leukimia)
• Riwayat terapi
radiasi
b. Diet
c. Keluhan utama
• Nyeri
• Sensasi gatal
• Lesi kulit
• Kemerahan
• Fatige
d. Riwayat
psikososial
• Kondisi
psikologis pasien
• Kecemasan
• Respon pasien
terhadap penyakit
e. Pemeriksaan
fisik
• Tanda vital
• Tes diagnostik
3.2 Diagnosa
keperawatan
1. Kerusakan
integritas kulit b/d lesi dan respon peradangan
2. Gangguan rasa
nyaman (nyeri) berhubungan dengan infeksi virus
3. Gangguan rasa
nyaman (pruritus) yang berhubungan dengan erupsi dermal
4. Gangguan
integritas kulit yang berhubungan vesikel yang mudah pecah
5. Resiko terjadi
gangguan konsep diri, yang berhubungan dengan penampilan dan respon orang lain
3.3 Intervensi
keperawatan:
1. Kerusakan
integritas kulit b/d lesi dan respon peradangan ditandai dengan:
DO: - Erupsi
berupa vesikel yang menggerombol
- Warna kulit
kemerahan
DS: - Pasien
merasa kulitnya panas
Tujuan : Pasien
tidak mengalami kerusakan intergritas kulit yang lebih parah setelah dilakukan
tindakan keperawatan 7 X 24 jam
Kriteria hasil :
• Erupsi
berkurang
• Kulit tidak
kemerahan dan terjadi iritasi yang lebih parah
• Lakukan
mobilisasi semaksimal mungkin untuk menghindari periode penekanan yang terlalu
lama.
• Ajarkan pada
pasien atau keluarga pasien supaya mengerti tindakan-tindakan yang tepat untuk
mencegah penekenan,gesekan,pergeseran,
• Ajarkan pada
pasien untuk waspada terhadap tanda-tanda awal kerusakan jaringan.
• Ganti posisi
sekurana-kurangnya tiap 2 jam
• Usahakan kulit
klien selalu bersih dan kering
Rasionalisasi :
• Dengan
dilakukan mobilisasi secara rutin (alih posisi) diharapkan kulit pasien tidak
terlalu lama tertekan sehingga vaskularisasi menjadi lancar.
• Memberikan
dorongan pada pasien dan keluarga untuk secara aktif ikut serta dalam proses
penyembuhan dan asuhan keperawatan, sehingga dengan begitu tujuan dapat segera
tercapai.
• Dengan meenjaga
kulit yang senantiasa kering dan bersih hal ini akan dapat mempercepat
penyembuhan dimana keadaan kulit pasien terutama luka/vesikel yang mudah pecah
( mencegah penularan dan penyebaran luka.
2. Gangguan rasa
nyaman (nyeri) berhubungan dengan infeksi virus, ditandai dengan :
DS : pusing,
nyeri otot, tulang, pegal
DO: erupsi kulit
berupa papul eritema, vseikel, pustula, krusta
Tujuan :
Rasa nyaman
terpenuhi setelah tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
Rasa nyeri
berkurang/hilang
Klien bias
istirahat dengan cukup
Ekspresi wajah
tenang
Intervensi:
• Kaji kualitas
& kuantitas nyeri
• Kaji respon
klien terhadap nyeri
• Jelaskan
tentang proses penyakitnya
• Ajarkan teknik
distraksi dan relaksasi
• Hindari
rangsangan nyeri
• Libatkan
keluarga untuk menciptakan lingkungan yang teraupeutik
• Kolaborasi
pemberian analgetik sesuai dengan intensitas nyeri
3. Gangguan rasa
nyaman (pruritus) yang berhubungan dengan erupsi dermal yang ditandai dengan:
DO : Erupsi
berupa vesikel yang menggerombol
DS : Pasien mengeluh
gatal
Tujuan : Pasien
tidak mengalami pruritus setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 5x24 jam.
Kriteria hasil :
pasien tidak mengeluh gatal lagi
Intervensi:
• Anjurkan pasien
untuk mandi air hangat dan sabun antiseptik ( hati-hati jangan sampai vesikel
pecah )
• Beritahu pasien
agar tidak menggaruk dan menepuk kulit.
• Anjurkan pasien
untuk memakai bedak ( salisil 2% ) untuk mengurangi rasa gatal.
• Observasi
kerusakan jaringan akibat pecahnya vesikel.
Rasionalisasi :
• Anjurkan pasien
untuk tidak menggaruk ( karena semakin digaruk akan semakin terasa gatal ) yang
akhirnya akan lengket karena vesikel yang pecah.
4. Gangguan
integritas kulit yang berhubungan vesikel yang mudah pecah, ditandai dengan :
DS : -
DO: kulit eritem
vesikel, krusta pustul
Tujuan :
Integritas kulit
tubuh kembali dalam waktu 7-10 hari
Kriteria hasil :
Tidak ada lesi
baru
Lesi lama
mengalami involusi
Intervensi:
• Kaji tingkat
kerusakan kulit
• Jauhkan lesi
dari manipulasi dan kontaminasi
• Kelola tx
topical sesuai program
5. Resiko terjadi
gangguan konsep diri, yang berhubungan dengan penampilan dan respon orang lain
yang ditandai dengan:
DO :
• Erupsi berupa
vesikel yang menggerombol
• Warna kulit
kemerahan
• Pasien tampak
menarik diri
• Pasin tampak
gelisah
DS :
• Pasien mengeluh
malu untuk bergaul
• Pasien selalu
menanyakan tentang penyakitnya
Tujuan : Pasien
tidak mengalami gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan gambaran diri
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam.
Kriteria hasil :
• Pasien tidak
malu mengenai penyakitnya
• Pasien mau
bersosialisasi kembali
• Pasien tidak
menarik diri
• Pasien tidak
gelisah lagi
Tujuan :
• Berikan
dorongan/support mental kepada pasien dan yakinkan bahwa penyakitnya dapat
disembuhkan.Bina hubungan saling percaya antara perawat dan klien.
• Dorong pasien
untuk mengungkapkan perasaannya terutama cara dia memandang dirinya setelah
sakitnya.
• Lindungi
prifacy dan menjamin lingkungan yang kondusif.
• Jernihkan
kesalahan persepsi individu tentang dirinya.
Rasionalisasi :
• Dengan membina
hubungan saling percaya dan selalu memberikan support mental pada pasien
diharapkan percaya diri pasien dapat kembali seperti semula dan pasien dapat
bersosialisasi dengan baik
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
Herpes dapat menyebar dari suatu area kelainnya, yang
disebut “autoinoculation”, Contohnya, menyentuh cold sore pada bibir dapat
menyebabkan herpes dari jari tangan (herpetic whitlow). Autoincolation terjadi
paling umum pada saat infeksi primer, ketika penumpahan virus tinggi dan sistem
imun masih sedang dicocokkan untuk menahannya. Antibodi – antibodi yang dibuat
setelah infeksi primer biasanya namub tidak selalu berhasil dalam mencegah
autoincolation selama serangan – serangan yang berulang.
Komplikasi yang lebih serius adalah ocular herpes, yang dikarakteristikkan oleh luka – luka dan nyeri yang parah sekitar mata. Ocular haerpes juga disebabkan oleh autoincolation. Jika tidak dirawat, oculat herpes dapat menjurus pada kerusakan yang serius atau bahakan kebutaan.
Jarang, herpes simpleks mungkin menginfeksi otak, menyebabkan enchephalitis. Infeksi ini memerlukan rawat inap dan obat – obatan antivirus intravena.
Pada orang – orang yang imunnya dikompromikan, seperti yang menerima kemoterapi, penjangkitan – penjangkitan yang parah dari herpes mungkin terjadi. Colds sores mungkin menyebar ke bagian – bagian yang lebih besar dari muka bagian bawah atau meneyrang organ – organ. Terapi antivirus digunakan untuk mencegah atau mengurangi serangan – serang seperti itu.
Komplikasi yang lebih serius adalah ocular herpes, yang dikarakteristikkan oleh luka – luka dan nyeri yang parah sekitar mata. Ocular haerpes juga disebabkan oleh autoincolation. Jika tidak dirawat, oculat herpes dapat menjurus pada kerusakan yang serius atau bahakan kebutaan.
Jarang, herpes simpleks mungkin menginfeksi otak, menyebabkan enchephalitis. Infeksi ini memerlukan rawat inap dan obat – obatan antivirus intravena.
Pada orang – orang yang imunnya dikompromikan, seperti yang menerima kemoterapi, penjangkitan – penjangkitan yang parah dari herpes mungkin terjadi. Colds sores mungkin menyebar ke bagian – bagian yang lebih besar dari muka bagian bawah atau meneyrang organ – organ. Terapi antivirus digunakan untuk mencegah atau mengurangi serangan – serang seperti itu.
DAFTAR
PUSTAKA
• Handoko R.P.(2005). Herpes Simpleks dalam ilmu penyakit
kulit dan kelamin. Djuanda Adhi, Hamzah M, Aisah S (ed).ed cat.4. Jakarta:Balai
Penerbit FK UI, p359 – 361.
• Zitalal.(2010).Internet. Kumpulan asuhan keperawatan terdahsyat.Mataram. www.duta4diagnosa.blogspot.com
• Hartadi, Sumaryo, S.(2000).herpes simpleks dalam ilmu penyakit kulit, Hipokrates.Jakarta:EGC
• Zitalal.(2010).Internet. Kumpulan asuhan keperawatan terdahsyat.Mataram. www.duta4diagnosa.blogspot.com
• Hartadi, Sumaryo, S.(2000).herpes simpleks dalam ilmu penyakit kulit, Hipokrates.Jakarta:EGC
Dr James is truly an herbalist doctor who cured me of HIV, that I contacted last year February, I was so worried about the virus inside of me, when I went to the hospital and I was tested positive, I took different drugs and injection still I wasn't cured, until I came across someone who sheared a testimony on how she was cured of HIV from the doctor James herbal mix, I thought it was a lie, but I picked up interest and contacted Dr. James on his email, (drjamesherbalmix @ gmail.com) And told him my problem and he asked me some questions and I answered then he said I should not worry that he was going to help me, and cure my HIV. I was so happy. 2 days later he sent me the cure through DHL courier service, I started using the medicine morning and evening as he prescribed for me for 3 weeks, as I went for my monthly check-up I was tested HIV negative I was so happy and joy overwhelmed for being free from HIV.I 'm sharing this testimony because I know how hard it was for me to sleep and think everyday ab out being HIV positive I nearly got myself killed but This is great man Dr. James restored my health back. I know there are still people out here with HIV positive or any kind of diseases such as Alzheimer's disease, Bechet's disease, Crohn's, Parkinson's disease, Lung Cancer, Breast Cancer, Colo-Rectal Cancer, Blood Cancer, Prostate Cancer, Epilepsy Dupuytren's disease, Diabetes , Cardiac disease, Creutzfeldt – Jakob disease, Cerebral Amyloid Angiopathy, Ataxia, Arthritis, Amyotrophic Lateral Sclerosis, Fibromyalgia, Fluoroquinolone Toxicity Fibrodysplasia Ossificans Progress Sclerosis, Seizures, Alzheimer's Disease, Adrenocular Disease, Adrenocular Disease, Adrenocular Disease, Adrenocystic Disease Glaucoma., Cataracts, Macular degeneration, Cardiovascular disease, Lung disease.Ellarged prostate, Osteoporosis.Alzheimer's disease,
BalasHapusDementia.Lupus.
, Cushing's disease, Heart failure, Multiple Sclerosis, Hypertension, Colo_Rectal Cancer, Lyme Disease, Blood Cancer, Brain Cancer, Breast Cancer, Lung Cancer, Kidney Cancer, HIV, Herpes, Hepatitis B, Liver Inflammatory, Diabetes, Fibroids, Contact Dr. James on his email and get your diseases cured.drjamesherbalmix@gmail.com WhatsApp +2348152855846.